Latest Updates
Showing posts with label Kisah Nyata. Show all posts
Showing posts with label Kisah Nyata. Show all posts

Mengapa Harus Punya Asuransi ?

Asuransi merupakan upaya memindahkan risiko yang akan dihadapi seseorang di masa mendatang untuk dipikul atau ditanggung oleh pihak lain sebagai bagian usaha dari pihak lain tersebut.

Pihak lain itu bisa perorangan ataupun lembaga. Biasanya pihak yang bisa menanggung risiko pihak lain dapat dilakukan dengan
perjanjian dua pihak atau perjanjian publik yang dikelola oleh lembaga atau perusahaan asuransi.

Keluarga atau seseorang harus mempunyai persepsi atau pendapat atau kepastian akan adanya risiko di masa mendatang. Risiko tersebut dirasakan berdampak terhadap kehidupan keluarga atau seseorang di masa mendatang jika terjadi. Risiko tersebut dikelompokkan menjadi risiko kematian, risiko atas kerusakan atau hilang barang, dan berbagai risiko yang dapat diperhatikan perusahaan asuransi.

Persoalan berikutnya adalah jika risiko itu tidak mau ditanggung pihak lain dan mempunyai kemampuan untuk menanggung sendiri, tidak diperlukan asuransi.

Salah satu contoh yang bisa dilakukan adalah dengan membeli asuransi kesehatan untuk keluarga. Apabila kepala keluarga bekerja di perusahaan yang tidak menanggung biaya pengobatan, sebaiknya keluarga harus membeli asuransi untuk aktivitas tersebut. Artinya keluarga membutuhkan asuransi untuk biaya pengobatan.

Kembali lagi, jika keluarga bisa berhitung dan menjamin tidak akan mendapatkan gangguan kesehatan, keluarga tidak perlu membeli asuransi. Keluarga atau seseorang paling utama mendapatkan atau membeli asuransi kesehatan.

Selanjutnya, keluarga mencoba atau membuat daftar asuransi yang diinginkan setelah asuransi kesehatan. Asuransi lain yang dibutuhkan keluarga adalah asuransi kematian. Asuransi ini dibutuhkan karena jika kematian terjadi pada kepala keluarga yang menjadi tumpuan harapan, akan terjadi persoalan pada keluarga. Oleh karena itu, keluarga harus benar-benar memikirkan tentang persoalan yang terjadi di masa mendatang.

Salah memilih pihak yang diasuransikan bisa juga memengaruhi persoalan di masa mendatang. Misalnya, pihak yang menjadi diasuransikan adalah kepala keluarga karena kepala keluarga yang banyak mempunyai aktivitas untuk mendapatkan risiko tersebut, tetapi yang diasuransikan adalah ibu rumah tangga karena yang mengambil keputusan dalam rumah tangga selalu ibu rumah tangga tersebut. Kesalahan ini mengakibatkan kesulitan pada keluarga jika yang meninggal kepala keluarga.

Aset keluarga
Asuransi selanjutnya yang sangat diperlukan oleh keluarga adalah asuransi aset keluarga. Asuransi aset keluarga yang dimaksudkan adalah asuransi kebakaran atas rumah. Setelah keluarga membeli atau telah memiliki asuransi ini, keluarga bisa melanjutkan ke aset yang lain yang perlu mendapatkan asuransi.

Asuransi lain yang juga perlu mendapatkan pertimbangan keluarga atau seseorang adalah asuransi pendidikan. Keluarga sangat membutuhkan asuransi pendidikan mengingat biaya pendidikan di masa mendatang akan lebih besar. Keluarga harus memikirkan asuransi ini karena asuransi ini bisa membantu anggota keluarga memiliki kehidupan yang lebih layak di masa mendatang dengan memiliki pendidikan yang lebih baik. Perencanaan atas asuransi pendidikan sangat diperlukan keluarga.

Keluarga atau seseorang harus memelajari secara saksama asuransi yang akan dimiliki. Keluarga atau seseorang harus juga memelajari kemampuan dalam memiliki asuransi tersebut. Artinya keluarga atau seseorang harus menyinkronkan kemampuan dengan asuransi yang diinginkan. Jika asuransi yang diinginkan sudah jelas, disesuaikan dengan kemampuan. Walaupun asuransi yang diinginkan tersebut tersedia, kemampuan membeli asuransi perlu juga mendapatkan perhatian.

Selanjutnya, keluarga perlu melakukan shopping (melihat) asuransi yang ada karena keluarga perlu mendapatkan informasi secara detail atas asuransi tersebut. Judul asuransi yang diperlihatkan seperti yang diinginkan, tetapi ketika mendapatkan informasinya bukan asuransi yang diinginkan. Oleh karena itu, kejelasan asuransi yang akan dibeli juga menjadi perhatian keluarga agar apa yang dibeli sesuai dengan kebutuhan.

Keluarga juga harus memelajari perusahaan asuransi yang menawarkan produk, terutama setelah investor membeli asuransi tersebut. Biasanya jasa pelayanan yang diberikan setelah asuransi dibeli bukan semakin baik, melainkan semakin tidak jelas. Diskusi dengan berbagai pihak atas penawaran produk asuransi juga menjadi kebiasaan. Keluarga juga bisa meminta perusahaan asuransi soal tindakan yang diberikan perusahaan setelah pembelian asuransi. Informasi ini juga sangat dibutuhkan dalam kerangka kepentingan investor.

Keluarga tidak memerlukan nama besar dari perusahaan asuransi, baik dari segi aset yang dimiliki maupun jumlah pemegang polis perusahaan. Jasa pelayanan yang akan diberikan kepada keluarga lah yang sangat dibutuhkan agar keluarga merasa nyaman memiliki asuransi tersebut. Keluarga juga bisa melakukan diskusi yang mendalam dengan meminta contoh yang pernah dilakukan perusahaan asuransi tersebut.

Kehati-hatian investor sangat dibutuhkan dalam memilih dan membeli produk asuransi. Keluarga membutuhkan tindakan atas asuransi yang dimiliki bukan janji atau sekadar memenuhi persyaratan. Pemerintah juga perlu turun tangan untuk pengawasan asuransi dalam berbisnis agar kepuasan investor bisa terpenuhi. Kebijakan atas asuransi yang transparan juga diperlukan agar pengelolaan asuransi lebih meningkat.

Kisah Penderita Kanker yang Jatuh Bangun atau Jatuh Selamanya

Jakarta, Kanker adalah penyakit yang sulit disembuhkan terlebih jika terdeteksinya sudah dalam stadium lanjut. Penderitanya harus jatuh bangun agar sembuh atau malah jatuh selamanya dan tak bangun lagi.

Walau punya semangat hidup yang tinggi karena kondisi tubuh yang kian lemah, penderita kanker akhirnya tak berdaya.

Berikut kisah-kisah sukses pasien yang berhasil melawan kanker dan juga cerita miris karena tak berdaya ditekuk kanker, yang bisa menjadi pelajaran buat semua orang agar lebih peduli pada kesehatannya, Rabu (26/9/2012):


1. Kisah sukses Rima Melati

Menjalani karir di dunia hiburan membuat aktris Rima Melati di masa mudanya begitu dekat dengan lingkungan perokok. Bahkan ia mengakui, dirinya sendiri adalah mantan perokok berat yang pada masanya pernah sanggup menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari.

Kebiasaan buruk ini membuat Rima harus menerima diagnosis kanker usus pada tahun 1981. Pemilik nama asli Marjolien Tambajong ini mengisahkan, dokter pribadinya yakin bahwa salah satu pemicu utamanya adalah racun-racun dari asap rokok yang sehari-hari masuk ke paru-parunya.

Cobaan pertama ini bisa dilalui Rima dengan baik, hingga akhirnya ia sembuh dari kanker usus berkat pengobatan yang intensif. Namun sayang, ia belum kapok juga menghisap rokok hingga akhirnya ancaman maut kembali datang melalui serangan kanker yang kedua.

"Sekitar 8 tahun setelah itu saya kena kanker di organ tubuh lain, di payudara. Dokter saya bilang penyebabnya sama. Dia marah-marah karena saya tidak berhenti merokok," jelas Rima seperti diberitakan detikHealth beberapa waktu silam.

Karena sudah memasuki stadium lanjut, Rima tidak punya pilihan lain kecuali harus menjalani operasi pengangkatan payudara. Dengan berat hati, ia berusaha mengikhlaskan payudara kiri yang telah digerogoti kanker itu untuk diangkat oleh dokter bedah.

Namun pada detik-detik terakhir menjelang operasi, salah seorang rekan menyarankannya untuk menjalani terapi di Belanda. Rima memilih untuk membatalkan operasi lalu terbang ke Belanda dan akhirnya Rima bisa sembuh tanpa harus kehilangan payudara kirinya.

2. Kisah Sukses Berthie Sompie

Sama seperti Rima Melati, mantan kapten tim nasional softball era 1980-1990 Albert Charles Sompie atau lebih dikenal sebagai Berthie Sompie juga terkena kanker gara-gara merokok. Bahkan lebih parah, Berthie mengaku pernah dalam satu masa bisa habis rokok 60 batang/hari.

Dampaknya ia rasakan pertama kali tahun 2004, ketika dokter menemukan kanker berukuran 6,5 cm di paru-paru sebelah kanan. Meski sempat mangkir dari pengobatan medis, Bertie akhirnya sukses menjalani operasi pada akhir 2005 saat kankernya sudah tumbuh menjadi 8 cm.

Namun tidak cukup sampai di situ, pada saat yang hampir sama dokter juga menemukan kanker di usus besarnya. Sama seperti kanker di paru-parunya, kanker di usus ini juga merupakan kanker primer yang artinya bukan sekedar persebaran dari kanker yang terdahulu.

Untungnya keberhasilan operasi kanker paru-paru dan juga serangkaian kemoterapi yang pernah dijalaninya dengan baik memberikan rasa percaya diri yang cukup kuat. Ditambah dengan semangatnya sebagai mantan atlet, Berthie juga sukses menjalani operasi kanker keduanya.

Dengan selalu menjaga rutinitas olahraga serta pola makan yang seimbang, Berthie hingga kini bisa hidup sehat dan bahkan sangat bugar di usianya yang sudah 53 tahun. Selain itu, ia juga gencar mengkampanyekan bahaya rokok bersama rekan-rekannya sesama survivor atau mantan pasien kanker.

3. Ibu Yulianti Menyerah Kepada Kanker Rahim Setelah Berjuang 3 Tahun

Ibu Yulianti adalah salah satu pasien yang akhirnya harus menyerah terhadap penyakit kanker rahim yang dideritanya. Setelah berjuang selama 3 tahun, ia tak kuasa menahan keganasan kanker. Waktu bertahannya ini terbilang lumayan lama sebab dokter awalnya mendiagnosis ibu Yulianti hanya dapat bertahan selama setahun.

Sejak bulan Oktober 2009, ibu Yulianti mengeluh ngilu di perut bagian bawah seperti kram saat menstruasi. Meski semakin nyeri, ibu Yulianti tidak mau pergi ke dokter dan memilih diurut. Hingga akhirnya ia tidak bisa bangun dari tempat tidur dan badannya panas, barulah ia bersedia dibawa ke dokter.

Ketika berkonsultasi ke dokter kandungan, diketahui ada myom sebesar 8 cm di dekat rahim dan harus diangkat lewat operasi. Saat operasi, dokter menemukan ada bibit-bibit kanker di sekitar rahim. Menurut dokter, penanganannya sudah terlambat karena sel kankernya telah menyebar.

"Ternyata darah yang keluar setelah diurut itu bukan menstruasi, tapi sel kanker yang pecah sehingga meluas kena kanker rahim, jadi rahimnya harus diangkat. Kata dokter itu sudah stadium 3C," ujar Dyah Gayatri sang anak, saat dihubungi detikHealth.

Setelah operasi, Ibu Yuli memutuskan menjalani kemoterapi sehingga harus dipindah ke RS Kanker Dharmais. Selesai paket 1 kemoterapi, ibu Yuli sempat bisa menyetir lagi dan badannya tidak kurus. Tapi 2 bulan berikutnya kadar Ca-nya (kanker) kembali tinggi dan mengalami kekambuhan tapi bukan di daerah rahim, melainkan menyebar ke usus.

Pada awal 2011 dokter menemukan tumor ganas sebesar telur di bawah lambung. Hasil pemeriksaan endoskopi menemukan di sekitar tumor ada bibit-bibit kanker sehingga tidak bisa dioperasi. Kalau bibit yang seperti anggur ini pecah, maka penanganannya akan lebih susah karena kanker akan menyebar.

Ibu Yuli akhirnya harus menjalani kemoterapi paket 2 dengan obat yang dosisnya lebih tinggi. Efeknya langsung kelihatan karena ia bisa muntah 10 - 15 kali dalam sehari. Ibu Yuli juga tidak mau makan dan rambutnya rontok. Setelah menjalani 3 kali kemoterapi, ia memutuskan berhenti karena tidak kuat.

Tumor yang sempat mengecil pun kembali membesar hingga akhirnya mau tidak mau ia harus dikemoterapi lagi. Karena kondisi badannya sudah lemah dan obatnya keras, tubuh Ibu Yuli pun semakin kurus.

"Habis lebaran 2011 mulai memburuk lagi, kurus banget, nggak bisa jalan, makan nggak bisa dan dirawat di Dharmais selama 2 bulan karena muntah terus. Jadi tumor ini menekan lambung, setiap ada makanan yang masuk muntah. Sempat dikemoterapi lagi 2 kali, tapi setelah itu ibu nggak sanggup dan mau pulang ke rumah," kenang Dyah.

Untuk mengobati penyakitnya, ibu Yulianti sempat berupaya menjalani pengobatan alternatif dengan minum jamu. Khasiatnya lumayan sebab muntahnya berhenti, bisa makan dan terlihat lebih segar. Entah hal ini diebabkan jamunya mujarab atau karena sugesti saja.

Di awal Januari 2012, tiba-tiba ibu Yuli tidak bisa melihat dan badannya gemetar. Setelah ke rumah sakit, diketahui ia mengalami dehidrasi dan tekanan darah rendah sehingga harus dirawat di rumah sakit selama seminggu.

Sayangnya, seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Ibu Yulianti meninggal dunia, tepatnya pada 3 Februari 2012. Ternyata sejak pertama kali divonis kanker, dokter sudah mengatakan bahwa kondisi Ibu Yuli terbilang gawat dan diperkirakan hidupnya tinggal 1 tahun.

4. Zulfikar yang Harus Menyerah dengan Kanker Langka

Zulfikar baru berusia 11 tahun saat kanker menyerang tubuhnya. Februari 2009, sejak saat itu ia mulai sering mengeluh nyeri dan pegal di tubuhnya meski belum mengganggu aktivitas sehingga tidak diperiksakan. Namun pada awal Agustus 2009, rasa nyeri tersebut datang lagi dan disertai dengan pendarahan pada urinenya.

Saat itu kondisinya langsung drop. Zulfikar yang tinggal di Balikpapan langsung dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan biopsi awal. Tapi dokter belum tahu apa penyakitnya.

Karena semakin drop, bocah kelahiran 1 Agustus 1997 ini pun terpaksa dirujuk ke RSAB Harapan Kita Jakarta, yang kemudian dirujuk lagi ke RS Kanker Dharmais.

Dari hasil biopsi kedua inilah dokter mengetahui bahwa Zilfikar terkena penyakit kanker tulang belakang jenis Myxopapillary ependymoma yang merupakan salah satu kasus kanker yang jarang ditemui di Indonesia stadium awal.

Tapi perjalanan penyakit ini cenderung cepat, karena pada Desember 2009 dokter justru memvonis penyakitnya makin parah dan masuk stadium lanjut yang membuatnya hanya bisa berada di tempat tidur dan mendapatkan pengobatan paliatif saja, karena tipisnya harapan yang dimiliki serta adanya masalah biaya.

Meskipun sudah divonis hanya punya sedikit harapan hidup, tapi Zulfikar sering mengatakan pada ibunya bahwa dirinya ingin sembuh. Semangat yang dimiliki Zulfikar untuk sembuh terkadang sering membuat ibunya merasa sangat sedih.

Kala itu, Fikar panggilan akrabnya, masih berjuang untuk bisa melawan sel-sel kanker yang menyerang tubuhnya. Meskipun harapan hidupnya tipis, anak yatim itu tetap memiliki semangat besar untuk sembuh dan membahagiakan ibunda tercinta, satu-satu keluarga inti yang dimiliki setelah ayahnya meninggal pada tahun 2007.

Dukungan terhadap Fikar untuk sembuh datang dari banyak pihak. Beberapa pilot dari Maskapai Garuda Indonesia datang khusus menjenguknya karena Fikar selalu bercita-cita ingin jadi pilot, Menteri Perbedayaan Perempuan Linda Gumelar serta pemain sepak bola Bambang Pamungkas karena Fikar hobi bermain play station bola.

"Fikar sejak kelas 1 SD sudah punya cita-cita ingin menjadi pilot, jadi dokter sengaja mendatangkan pilot kesini untuk membangkitkan semangat hidup Fikar," ujar Nurhasanah.

Namun ternyata takdir berkehendak lain, tubuh Fikar tidak lagi mampu melawan sel-sel kanker ganas yang menyerang. Ia pun meninggal dunia pada 30 Desember 2009 akibat kanker tulang belakang.

Mengenang Nira Stania, Si Cantik Yang Harus Takluk Oleh Kanker Payudara

Tak pernah ada yang tahu kapan kita dipanggil oleh-Nya serta bagaimana kita akan meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Sebuah perjuangan yang luar biasa telah dilakukan oleh mantan presenter infotainment, Nira Stania. Wanita ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya setelah bertahan dengan penyakit kanker payudara yang menggerogoti tubuhnya.

Nira Stania meninggalkan dua orang anak dan keluarga yang sangat menyayanginya. Kepergiannya sangat tak diduga karena begitu cepat dan mendadak. Banyak kisah-kisah manis dan pesan terakhir yang terucap sebelum Nira meninggal untuk selamanya.

Berjuang Melawan Kanker Payudara

Tumor dan kanker payudara adalah penyakit yang banyak ditakuti oleh wanita. Namun tak ada wanita yang bisa memilih untuk tidak menerima penyakit ini kecuali dengan pencegahan.

Nira Stania sudah mengidap penyakit mengerikan ini selama dua tahun. Namun baru beberapa hari sebelum ia meninggal, ibu dua anak ini mengalami penurunan kondisi kesehatan. Ia baru pulang dari berwisata ke Jogja bersama anak-anaknya. Waktu dan tenaga tak bersisa banyak bagi Nira, karena sepekan setelah mengalami penurunan kondisi ini, Nira berpulang ke sisi Allah SWT.

Harapan Sederhana Seorang Ibu

Sebelum kondisi Nira makin memburuk, ia sudah mulai tidak sehat. Namun baginya, ia ingin menyenangkan kedua anaknya dengan mengajak mereka pergi ke Jogja serta mengunjungi Borobudur. Meski ia hanya bisa menunggu di dalam mobil, namun wanita ini telah meluluskan keinginannya untuk membahagiakan kedua buah hatinya.

Itulah kenangan manis terakhir yang diberikan Nira pada kedua anaknya. Sebelum ia meninggalpun, Nira masih sempat menitipkan pesan sederhana namun berharga pada anak-anaknya. Ia ingin agar anak-anaknya selalu baik dan patuh pada orang tua.

Nira juga ingin kedua buah hatinya, Fresa dan Edgar menjadi anak yang pintar serta saleh. Rajin sholat serta mengaji adalah harapan terakhir yang disampaikan Nira pada kedua anaknya.

Kanker Pembunuh Nomer 1 di Dunia

Kanker adalah salah satu pembunuh paling mematikan di dunia. Kita tak bisa menolak datangnya penyakit ini, namun kita masih bisa mencegahnya dan melakukan beberapa terapi bila kondisi masih memungkinkan untuk ditolong.

Ladies, banyak cara untuk mencegah terjadinya kanker, di antaranya adalah dengan cara sederhana seperti tidur dalam kondisi lampu yang dimatikan, tidur tanpa menggunakan bra, serta konsumsi buah-buahan serta sayuran yang dipercaya mampu mengatasi kanker seperti sirsak, manggis dan pare.

Cegah kanker dari sekarang, mulai dari Anda hingga orang-orang tersayang. Menjaga kesehatan Anda dan keluarga sangat berarti untuk menjaga tiap detik kebersamaan yang Anda miliki bersama mereka.

Terkena Flu Burung, Balita Meninggal Dunia

Vemale.com - Kondisi lingkungan yang semakin buruk membuat banyak penyakit-penyakit baru bermunculan dan membahayakan kesehatan.

Penyakit yang dulu hanya menjangkit binatang kini menjalar virusnya ke manusia. Indonesia sudah pernah dihebohkan dengan flu babi, SARS dan flu burung. Sudah lama virus-virus ini dicoba untuk dibasmi oleh pemerintah namun ternyata virus berbahaya ini masih ada di lingkungan. Virus berbahaya ini masih berpotensi untuk menyerang manusia bahkan mengakibatkan kematian karena belum ada obatnya.


Seorang balita bernama Respati Bagas Prasetyo yang 2,6 tahun meninggal dunia diduga akibat terjangkit virus H5N1 atau flu burung. Balita lucu ini bertempat tinggal di Perumahan BTN Masnaga, Jakamulya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Bagas meninggal pada hari rabu (19/6) setelah sebelumnya mendapat perawatan di rumah sakit di Bekasi dan dirujuk ke RS Persahabatan, Jakarta. Orang tua bagas syok dan sedih tak terkira mendapati putra kecilnya terkena virus flu burung dan akhirnya meninggal dunia.

Bagas diketahui terkena virus flu burung ketika mengalami demam dan sesak nafas. Orang tua Bagas pun membawa Bagas ke RS Hermina, Galaxi, Bekasi Selatan pada hari sabtu (15/7). Bagas dirawat dan didiagnosa terkena suatu virus. Pada hari selasa malam, tim dokter RS Hermina memberi tahu bahwa Bagas positif terkena flu burung. Ayah dan Ibu Bagas, Respati Seno Putro dan Emmy Diah Susanti kaget dan tidak menyangka putranya terkena flu burung karena mereka tinggal di lingkungan yang bersih dan tidak dekat dengan peternakan unggas apapun.

Selasa (18/9) siang tim Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Litbang Kementrian Kesehatan mengambil sampel darah dan cairan putih yang hampir menutup seluruh paru-paru Bagas. Hasilnya positif bagas terkena flu burung. Tak ingin kondisi anaknya semakin parah, Respati dan Emmy merujuk Bagas untuk dirawat di RS Persahabatan Jakarta. Namun sepertinya takdir Tuhan berkata lain, Bagas meninggal dunia tidak lama setelah dirujuk karena kondisinya sudah sangat kritis.

Respati dan Emmy tidak dapat menahan kesedihannya. Bagas adalah anak yang penurut dan tidak pernah rewel. Bahkan saat sakitpun Bagas tidak banyak menangis dan tidak terlihat sedih sedikitpun. Kini Bagas telah tiada dan menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Kesehatan untuk kembali menggalakkan pembasmian virus-virus berbahaya sebelum kembali memakan korban.

Sumber : vemale online 

Segera rencanakan kehidupan terbaik untuk keluarga anda.
Keputusan anda hari ini menentukan masa depan mereka..!

Bayi Perempuan Ini Tak Pernah Tumbuh Dewasa Selama 15 Tahun

Vemale.com - Brooke Greenberg, mungkin ia nampak seperti anak kecil. Namun sesungguhnya bayi wanita ini sudah berusia 20 tahun. Meski usianya bertambah, Brooke tetap memiliki tubuh dan jiwa seperti bayi dengan usia mental 9 bulan hingga satu tahun.

Brooke tak bisa bicara, gigi geliginya pun masih seperti balita yang jarang-jarang. Ia duduk di kursi dorong dan selama ini, dokter tak bisa menjelaskan kenapa Brooke tak bisa berkembang.

Brooke tak bisa tumbuh dewasa (c) dailymail.co.uk
Menurut sang ayah, Howard Greenberg, sejak usia 1 hingga 4 tahun, Brooke mengalami perkembangan. Namun pertumbuhan itu terhenti begitu memasuki usia 4 tahun ke atas. Ia sudah diperiksakan ke dokter, bahkan melalui berbagai tes medis yang sangat mahal, namun dokter tak bisa menemukan penyebabnya dan berkata bahwa Brooke terkena Sindrom X.

Dr. Eric Schadt yang mengikuti kasus kesehatan Brooke, mengatakan bahwa tak ada abnormalitas apapun baik di sistem endokrin, kromosom dan sebagainya. Selama 15 tahun, hal itu menjadi misteri dan selama itu pula, Brooke menjadi bayi yang harus dirawat 24 jam oleh orang tua bahkan saudarinya.

ketika adiknya semakin besar, Brooke masih seperti balita. (c) dailymail.co.uk
"Sudah 16 tahun berlalu kami memberinya obat. Yang kami tahu adalah kami tak tahu apa yang akan terjadi di hari esok Brooke," kata Melanie, ibunya.

Dengan kondisinya yang misterius itu, Brooke sudah pernah mengalami banyak operasi. Meski sebenarnya ia sudah dewasa, namun hal itu tetap tidak mudah dilakukan dengan tubuhnya yang masih mungil. Ia bahkan pernah koma selama 14 hari karena tumor otak yang menghilang begitu dia bangun di hari ke-14.

Dr Eric Schadt berusaha memecahkan misteri penyakit Brooke. Sementara sang ibu yang menyayangi anaknya apa adanya, mengaku seringkali ditanyai berapa umur Brooke oleh ibu lain dan tidak menjawab dengan lengkap. "Kebanyakan ibu akan mengira usianya dalam bulan, maka bila ditanya, aku akan menjawab 20. Mereka mengira 20 bulan, padahal yang kumaksud adalah 20 tahun," cerita Melanie.

Seharusnya Brooke kini menjadi wanita dewasa yang sedang menginjak bangku kuliah atau bekerja dan merasakan cinta. Namun, kini adiknya bahkan lebih besar daripada dirinya. Semoga apapun keadaannya nanti, ia tetap sehat dan tersenyum ceria.

Kanker Payudara Tidak Membuatku Putus Asa

Vemale.com - Tidak ada satu orang pun yang ingin mengidap penyakit. Semua orang ingin selalu sehat dan tidak harus terus menerus berurusan dengan dokter dan rumah sakit karena memiliki penyakit dalam tubuhnya.

Namun Tuhan selalu memiliki rencana, ada yang diberi ujian berupa penyakit yang parah atau susah untuk disembuhkan. Ada yang menyerah, ada yang menyalahkan Tuhan, dan ada yang menerimanya dengan lapang dada.



Seorang wanita bernama Neeti Leekha Chhabra berusia 31 tahun ketika didiagnosis kanker payudara. Neeti bekerja sebagai asisten profesor dan sudah menikah selama enam tahun serta memiliki seorang putra berusia empat tahun. Tidak hanya Neeti, Shruti Sharma Anand juga mendapati dirinya positif mengidap kanker payudara seperti Neeti dan di usia yang sama pula. Shruti yang sedang dalam program untuk memiliki anak tidak menduga bahwa dirinya terkena kanker. Neeti dan Shruti mengidap kanker payudara di usia yang masih muda.

Di usia ketika mereka masih sangat produktif, mengejar karir dan keinginan memiliki anak, ternyata kanker payudara mengubah kehidupan Neeti dan Shruti sepenuhnya. Menerima kenyataan bahwa penyakit yang ada dalam diri mereka adalah penyakit yang berbahaya serta sulit untuk disembuhkan sempat membuat mereka down. Diagnosis kanker itu benar-benar membuatku shock. Seolah semua mimpi hancur berkeping-keping. Aku langsung fokus tentang bagaimana caranya sembuh," cerita Shruti dikutip dari Indiatimes.

Tidak hanya Shruti, Neeti pun mencari-cari penyebab dirinya terkena kanker payudara. Neeti tidak memiliki riwayat keluarga yang mengidap penyakit ini. Neeti sempat merasa bahwa hidupnya sudah berakhir dan tidak ada kebahagiaan yang bisa Neeti dapatkan. Pengobatan kanker payudara terbilang mahal dan kondisi keuangan keluarga Neeti dan Shruti sudah menipis untuk biaya pengobatan ini.
Neeti dan Shruti sempat berada pada masa-masa di mana mereka sudah tidak tahu harus bagaimana melanjutkan hidup dengan penyakit yang terus menggerogoti dirinya. Namun Neeti dan Shruti tidak menyerah.

Mereka ingin terus hidup untuk tetap bersama keluarga. Mereka menemukan optimisme bahwa penyakit mereka bukan diberikan untuk membuat mereka menyerah kalah, tapi untuk membuat mereka berjuang sekuat tenaga. Hidup seseorang bisa berubah total karena kanker. Tidak ada pengalaman yang lebih berharga dari melawan kematian. Namun kepercayaan diri, usaha keras, dan dukungan adalah senjata ampuh untuk melawan semua itu.

"Karena kanker, aku bersyukur karena bisa belajar banyak, aku berusaha menjalani hidup yang lebih sehat dan mengajarkan anakku tentang itu," tutup Neeti. Neeti dan Shruti yakin bahwa bila mereka masih akan dapat menikmati hari tua, mendapatkan kebahagiaan yang sama dengan yang dimiliki orang yang sehat fisiknya. Keoptimisan mereka berdua menjadi cermin bagi diri, sudahkah kita bersyukur dan menjalani hidup tanpa banyak mengeluh?

Sumber : Vemale online 

Segera rencanakan kehidupan terbaik untuk keluarga anda.
Keputusan anda hari ini menentukan masa depan mereka..!

Gadis Pengidap Kanker Meninggal Dunia Setelah Berhasil Bertemu Dengan Justin Bieber


Vemale.com - Saat Justin Bieber mengunjunginya, mungkin itulah hari yang terindah bagi seorang gadis 7 tahun bernama Millie Flamm. Gadis kecil ini mengalami leukimia sejak 3,5 tahun lamanya dan meninggal pada Selasa pagi lalu setelah sempat bertemu dengan Justin Bieber.



Dalam sebuah video kenangan dengan Millie di Youtube, keluarganya menuliskan sebuah pesan yang menunjukkan rasa kehilangan mereka, "Dia adalah pahlawan kami. Tak ada kata-kata yang cukup untuk menunjukkan kerinduan kami padamu," kata mereka. "Kami bersyukur kini ia sudah tenang di surga dan kami akan bertemu lagi suatu saat nanti."

Keluarga besarnya pernah mengadakan sebuah kampanye yang meminta dukungan orang-orang agar Justin Bieber mengunjungi anak mereka di rumah sakit. Hal ini karena keinginan yang besar dari mereka untuk menyenangkan hati Millie, sementara Millie terlalu lemah untuk bisa datang ke konser Justin Bieber di Salt Lake.

Syukurlah kampanye itu berhasil menarik perhatian idola muda tersebut. Pada tanggal 5 Januari, sebelum konser, Justin Bieber mengejutkan Millie dengan kedatangannya di rumah sakit. Millie mendapatkan kado spesial berupa nyanyian langsung dari Bieber yang merupakan lagu favorit Millie, 'Baby'.

Justin Bieber juga memberinya ciuman di pipi dan pelukan, membuat gadis itu kembali bersemangat dan sangat gembira. Millie sampai berkata bahwa dirinya tak akan mencuci wajahnya lagi. "Justin Bieber adalah penyanyi idolaku dan aku sangat sangat sangat mencintainya," ucapnya.

Pertemuannya dengan Bieber memberikan semangat padanya karena seminggu sebelumnya, gadis ini divonis mengalami kanker untuk ketiga kalinya. Dua tahun lalu, kanker tersebut sudah dipulihkan, namun ternyata penyakit tersebut membandel dan kembali menyerangnya.

Kanker terakhir ini memang menjadi yang paling menyakitkan. Suatu ketika gadis kecil yang selalu ceria itu akhirnya mengeluh pada ayahnya, "Dua kali kanker itu tidak masalah, tapi kalau sudah tiga kali itu tidak adil."

Kini, setelah perjuangan yang cukup melelahkan, gadis ini beristirahat untuk selama-lamanya. Meninggalkan kedua orang tuanya dan seorang adik lelaki. Namun semangat dan keceriaan gadis kecil ini akan selalu dikenang oleh orang-orang yang mencintainya. Selamat jalan, Millie. Semoga tenang di sana.
(c) dailymail.co.uk

Siti Penjual Bakso Berusia 7 Tahun

Siti Penjual Bakso berusia 7 Tahun membuat miris pembaca kaskus dan kompasiana dengan kisah perjuangan hidupnya. Siti orang pinggiran adalah seorang anak yatim yang harus ikut bekerja membiayai hidupnya dan ibunya dengan berjualan bakso keliling. Siti Pedagang Bakso cilik tinggal di Desa Karangkamulyan, Kec. Cihara, Kabupaten Lebak, Banten Selatan. Siti orang pinggiran yang harus kita pedulikan. Tulisan ini adalah milik seorang penulis kompasiana. Mari kita simak kisah hidup Siti Bocah Penjual Bakso


Siti Penjual Bakso berusia 7 Tahun

Siti, seorang bocah yatim yang ditinggal mati ayahnya sejak usia 2 tahun. Kini Siti berumur 7 tahun. Sehari-hari sepulang sekolah Siti masih harus berkeliling kampung menjajakan bakso. Karena ia masih anak-anak, tentu belum bisa mendorong rombong bakso. Jadi bakso dan kuahnya dimasukkan dalam termos nasi yang sebenarnya terlalu besar untuk anak seusianya. Termos seukuran itu berisi kuah tentu sangat berat.

 
Tangan kanan menenteng termos, tangan kiri menenteng ember plastik hitam berisi mangkok-mangkok, sendok kuah, dan peralatan lain. Dengan terseok-seok menenteng beban seberat itu, Siti harus berjalan keluar masuk kampung, terkadang jalanannya menanjak naik. Kalau ada pembeli, Siti akan meracik baksonya di mangkok yang diletakkan di lantai. Maklum ia tak punya meja. Terkadang jika ada anak yang membeli baksonya, Siti ingin bisa ikut mencicipi. Tapi ia terpaksa hanya menelan ludah, menahan keinginan itu. Setelah 4 jam berkeliling, ia mendapat upah 2000 perak saja! Kalau baksonya tak habis, upahnya hanya Rp. 1000,- saja. Lembaran seribuan lusuh berkali-kali digulung-gulungnya.

Sampai di rumah, Siti tak mendapati siapapun. Ibunya jadi buruh mencangkul lumpur di sawah milik orang lain. Tak setiap hari ia mendapat upah uang tunai. Terkadang ia hanya dijanjikan jika kelak panenan berhasil ia akan mendapatkan bagi hasilnya. Setiap hari kaki Ibunda Siti berlumur lumpur sampai setinggi paha. Ia hanya bisa berharap kelak panenan benar-benar berhasil agar bisa mendapat bayaran.

Hari itu Siti ingin bisa makan kangkung. Ia pergi ke rumah tetangganya, mengetuk pintu dan meminta ijin agar boleh mengambil kangkung. Meski sebenarnya Siti bisa saja langsung memetiknya, tapi ia selalu ingat pesan Ibunya untuk selalu minta ijin dulu pada pemiliknya. Setelah diijinkan, Siti langsung berkubang di empang untuk memetik kangkung, sebatas kebutuhannya bersama Ibunya. Petang hari Ibunya pulang. Siti menyerahkan 2000 perak yang didapatnya. Ia bangga bisa membantu Ibunya. Lalu Ibunya memasak kangkung hanya dengan garam. Berdua mereka makan di atas piring seng tua, sepiring nasi tak penuh sepiring, dimakan berdua hanya dengan kangkung dan garam. Bahkan ikan asin pun tak terbeli, kata Ibunda Siti.
Bayangkan, anak sekecil itu, pulang sekolah menenteng beban berat jualan bakso keliling kampung, tiba di rumah tak ada makanan. Kondisi rumahnya pun hanya sepetak ruangan berdinding kayu lapuk, atapnya bocor sana-sini. Sama sekali tak layak disebut rumah. Dengan kondisi kelelahan, dia kesepian sendiri menunggu Ibunya pulang hingga petang hari.
Sering Siti mengatakan dirinya kangen ayahnya. Ketika anak-anak lain di kampung mendapat kiriman uang dari ayah mereka yang bekerja di kota, Siti suka bertanya kapan ia dapat kiriman. Tapi kini Siti sudah paham bahwa ayahnya sudah wafat. Ia sering mengajak Ibunya ke makam ayahnya, berdoa disana. Makam ayahnya tak bernisan, tak ada uang pembeli nisan. Hanya sebatang kelapa penanda itu makam ayah Siti. Dengan rajin Siti menyapu sampah yang nyaris menutupi makam ayahnya. Disanalah Siti bersama Ibunya sering menangis sembari memanjatkan doa. Dalam doanya Siti selalu memohon agar dberi kesehatan supaya bisa tetap sekolah dan mengaji. Keinginan Siti sederhana saja : bisa beli sepatu dan tas untuk dipakai sekolah sebab miliknya sudah rusak






Saat ini telah dikirimkan sumbangan dan bantuan dari para pembaca kompasiana, kaskus serta Rumah Zakat Indonesia untuk kehidupan Siti dan ibunya.
" Semoga Allah memberikan kehidupan yang terbaik untuk Siti dan ibunya, serta memberikan pahala yang sebesar-besarnya untuk orang-orang yang telah peduli dan membantunya..Amin Ya Robbal Alamin"

Sumber : Kompasiana, Kaskus

Masihkah kita mengabaikan masa depan orang-orang yang kita cintai..?
Segeralah merencanakan kehidupan yang terbaik untuk mereka..
Jangan tunda lagi, karena waktu tidak akan pernah menunggu..!!!!





Mayat si Kecil nan Cantik dalam Pelukan Ibunya (Kisah nyata)

Hari ini melelahkan sekali, aku harus berganti kereta sampai 2 kali, dari arah Depok menuju stasiun Kota, dari stasiun Kota nyambung lagi dengan kereta Patas arah Angke sampai stasiun Merak. Tapi karena jadwal kereta kadang tidak jelas, harusnya kereta Patas berangkat pukul 10 tapi jadi molor jauh tidak jelas pukul berapa kereta harus berangkat (mirip lagu Iwan Fals).

Sesaat aku duduk di gerbong yang tidak terlalu padat, disisiku ada seorang ibu yang menggendong anaknya sepertinya sedang terlelap. Karena jenuh
menunggu kereta tidak berangkat-berangkat, akhirnya untuk mengusir rasa kejenuhan aku mencoba mengajak ngobrol ibu yang menggendong anaknya tepat disebelahku.

Aku : �Ibu, ini anak ibu?�
Ibu : �Iya, neng�. Menjawab dengan tanpa ekrspresi dan aku semakin penasaran.
Aku : �cantik ya bu, anaknya�. Terlihat sekali anak itu didandani dengan bedak dengan baju warna pink serta sedikit celak dimatanya.
Ibu : �Terima kasih, neng�. Masih tanpa ekspresi. Lalu ku lanjutkan pertanyaanku.
Aku : �Mau kemana, bu?�.
Ibu : �Ke daerah Rangkasbitung�. Sambil menyebutkan suatu daerah di Rangkasbitung.
Aku : �Wah, jauh ya bu�.
Ibu : �Iya, neng�. Masih dalam ekspresi tak jelas.

Kereta sudah 1 jam lamanya tapi belum jalan juga, katanya ada banjir di daerah Tanah Abang, otomatis perjalanan kereta sementara banyak yang tertunda.

Anak dalam pangkuan si ibu tadi masih dengan tenang dalam pelukan ibunya, padahal penumpang semakin sesak terasa tak nyaman dan mulai panas. Aku kembali penasaran kok bisa anak sekecil itu tetap tenang dalam keadaan kereta yang sangat panas tak ada penyejuk sekedar kipas angin saja.

Aku : �Bu, kok anaknya anteng ya..padahal panas gini�. Aku kembali membuka pembicaraan.
Tiba-tiba si ibu menangis�.
Aku : �Bu, maaf�ada yang salah dengan kata-kata saya�. Tanyaku semakin penasaran.
Ibu : �Tidak, neng�ibu sedih sekali�. Dia sepertinya mulai membuka diri padaku.
Aku : �Kenapa sedih, bu?�.
Ibu : �Maaf, neng�tolong setelah ibu ceritakan semuanya jangan katakan pada siapapun, pada penumpang maupun kondektur. Neng, mau janji?�.

Aku sangat penasaran cerita apa yang akan disampaikan si ibu, sampai berpesan jangan sampai menceritakan pada penumpang kereta dan kondektur. Apa hubungannya mereka dengan si ibu ini.

Aku : �Insyallah, bu. Saya tidak akan menyampaikan kembali cerita yang akan ibu bagi pada saya�.
Ibu : �Terima kasih neng, sebelum dan sesudahnya.� Kemudian aku menyimak isi cerita si ibu.

Sudah satu minggu ini anaknya sakit panas tapi si ibu hanyalah pemulung
yang mengais rizki lewat sampah-sampah yang berserakan. Penghasilan yang tidak menentu. Kalaupun dapat uang dari hasil menjual sampah plastiknya, itupun tak seberapa hanya cukup untuk makan. Dia tidak punya tempat tinggal tetap, kadang tidur di emperan atau di bawah jembatan layang.

Si ibu ingin sekali membawa anaknya ke dokter tapi dia tak memiliki uang, karena dia bukan warga DKI Jakarta dan tak memiliki KTP DKI jadi dia tidak mendapatkan jaminan apa-apa. Si kecil anaknya hanya diobati ala kadarnya tapi ternyata penyakitnya tak kunjung sembuh. Sampai subuh tadi akhirnya si kecil dalam pangkuannya meninggal dunia.

Setelah meninggalpun dia bingung, kalau harus dikubur di Jakarta, ongkos untuk menguburkannya pun dia tak punya cukup uang. Dan bila dia bawa ke kampungnya yang cukup jauh dari kota Jakarta dengan menggunakan mobil jenazah, itupun tak cukup ada uang, dibutuhkan uang sekitar Rp 1.000.000,-. Uang sebesar itu kata si ibu sangat besar dalam ukuran dia.

Akhirnya, lewat bantuan para gelandangan dan pemulung terkumpullah uang sebesar Rp 250.000,- uang sebesar itu cukup untuk membawa si kecil ke kampung halamannya dan dikuburkan disana yang tidak memakan biaya besar.

Aku benar-benar tercengat dengan penuturan si ibu, lalu atas seizin si ibu ku pegang tangan si kecil nan cantik dalam pelukan ibunya. Subhanallah�benar ya Robb, tangan mungil itu begitu dingin tak ada denyut nadi disana. Ku cium dengan lembut keningnya, amat dingin tak ada jiwa disana. Ya Robb, si kecil nan cantik itu tertidur damai dalam pelukan si ibu yang amat menyayanginya.

Aku tak dapat menahan haru, ingin rasanya ku peluk dia dan ibunya. Begitu sulitnya hidup ini sampai akhir hayatnya pun si kecil nan cantik itu tak merasakan keramahan negeri ini. Aku hanya terdiam dan menatap haru, sungguh ingin rasanya aku berteriak pada negeri ini.

Wahai penguasa nan congak dan sombong, lihat� ada rakyatmu yang begitu menderita. Terbelenggu dalam kemiskinan dan keangkuhanmu. Tak bisakah kau membuka mata hatimu, tetapi kepongahan terus menjalar dihatimu.

Si ibu, tak pernah meyalahkan siapapun dengan keadaanya, dia hanya mengatakan �ini takdir Tuhan�.
Kereta sesaat melaju, aku kini terdiam tanpa kata. Tak ada pertanyaan yang membuatku penasaran, kini sudah aku dapatkan jawaban dari keterdiaman si ibu dan indahnya tidur panjang si kecil nan cantik.

Selamat tidur nak, Allah bersamamu selalu dalam damai di surga sana.


Sumber : Zilzaal

Perjuangan Hebat Perempuan Pemecah Batu


Kemarin aku menyaksikan pemandangan itu lagi, menyedihkan, sempat membuatku tak percaya. Beberapa perempuan paruh baya hampir renta bergulat dengan palu serta setumpuk batu kali besar. Sekali-kali terdengar dengusan nafas lelah berpijar di antara tumpukan batu-batu kecil hasil ketukan palu. Seember pecahan batu kali dihargai Rp 1.750,-. Karena usia telah merambat jauh, paling hanya bisa menghasilkan 10 ember. Padahal, pekerjaannya dimulai pukul 9 pagi sampai menjelang pukul 3 sore. Tanpa lelah dikerjakan semuanya, nyaris tanpa keluhan. Yang diketahui inilah caranya untuk bertahan hidup tanpa meminta belas kasihan sesama. Cukuplah belas kasihan sang Pencipta.

Salah satu dari perempuan perkasa pemecah batu itu adalah mbok Suwarni, begitu orang-orang menyapanya. Diusianya yang memasuki 57 tahun, hanya pekerjaan itu yang menjadi harapannya untuk menyambung hidup
 
 
Sejak usia 13 Tahun, mbok Suwarni sudah melakukan pekerjaan ini dengan setia, membantu meringankan beban orang tua. Bahkan, meski sudah menikah, serta sudah mempunyai 7 orang cucu dirinya masih bekerja sebagai pemecah batu kali. Kakinya seolah tak mampu bergeming melangkah pada mata pencaharian lain, untuk membantu menopang kehidupan keluarga. Suaminya yang seorang tukang becak belum bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga untuk disebut layak. Tak pelak lagi, mbok Suwarni harus tetap turun tangan mempertahankan hidup bersama suami, anak dan cucunya.

Desa Kotakan, di Kabupaten Situbondo, bagian timur Pulau Jawa tempatnya tinggal dan menghabiskan sisa hidup, bukanlah tempat yang ramah untuknya. Di desa ini hampir semua warganya bekerja sebagai pemecah batu kali. Tapi, anehnya yang bekerja sebagai pemecah batu kali banyak dilakukan oleh kaum hawa. Sebagai pekerjaan yang tergolong kasar, tetapi tetap dilakukan perempuan di Desa Kotakan. Itu demi untuk membantu dan menopang ekonomi keluarga. Seperti juga yang lainnya, mbok Suwarni memang tak punya pilihan lain. Tak cukup pendidikan yang dipunyainya untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Ini memang pilihan termudah yang bisa diraih untuk bertahan hidup. Keluhan hampir tak pernah terucap dari bibirnya, menurutnya manusia sudah diberi sesuai dengan takarannya masing-masing. �Gusti Allah tak pernah salah atau keliru dalam memberi, sebab hanya Dia Yang Maha Tahu,� ucapnya.

Bergemanya suara adzan untuk sholat Ashar mengusik obrolan ini, mbok Suwarni pun berkemas-kemas untuk pulang ke rumahnya yang tak jauh dari tempatnya bekerja. Hari ini 9 timba pecahan batu dia hasilkan, Uang sejumlah Rp 15.250,- adalah hasil kerja kerasnya yang diharapkan bisa membantu kebutuhan hidup sehari-hari. Inspirasi kekuatan jiwa yang tak pernah mudah pudar walau harus berhiaskan kerja keras dan derasnya keringat yang bercucuran .

Oleh : Ratna Hermawati

Inilah Bocah yang Tak Pernah Tidur dan Tak Bisa Melihat

Sheffield, Inggris, Wajahnya selalu tampak ceria karena senyuman kerap menyungging dari bibirnya. Tapi siapa yang menyangka bahwa bocah manis ini ternyata tidak pernah tidur, tak bisa bicara, melihat dan berjalan.

Rio Vicary (1 tahun) menderita Angleman's Syndrome (AS), penyakit genetik langka yang membuatnya tak pernah tidur, tidak bisa berjalan dan berbicara. Namun dengan segala kondisinya, Rio masih berhasil tersenyum lebar setiap hari untuk orangtuanya.


Bocah pemberani ini didiagnosis ketika usianya baru 2 minggu dan harus menghabiskan sebagian besar hidupnya di rumah sakit, tempat ia dipantau oleh selusin konsultan. Selain Angleman's Syndrome, Rio juga mengalami albino yang telah membuatnya tak bisa melihat. Meskipun begitu, ia sangat menyukai cahaya dan menikmati musik.



Rio mendapatkan perawatan khusus di Sheffield Children's Hospital, Inggris, di mana ia telah menghabiskan sebagian besar hidupnya yang singkat sejak penyakit langka tersebut terdiagnosis.

"Karena Rio tidak tidur dan ingin bermain sepanjang jam istirahat, kami mendapatkan tiga malam dalam seminggu. Tanpa itu, saya tidak berpikir akan bisa mengatasinya," jelas ibunya, Gemma (27 tahun), seperti dilansir Dailymail, Sabtu (14/7/2012).

Rio kini dilengkapi dengan tracheostomy, yaitu tabung yang dimasukkan ke lehernya. Hal ini dilakukan karena Gemma pernah mengalami kejadian yang mengerikan, saat ia harus mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkan nyawa putranya yang tersedak.

Tabung juga merupakan benda yang dapat menyelamatkan nyawa Rio karena dia batuk sepanjang waktu. Rio dapat membuat suara tapi ia tidak pernah bisa berbicara, karena itulah salah satu gejala dari Angleman's Syndrome yang juga mempengaruhi perkembangan intelektual dan menyebabkan gangguan tidur masif.

Anak-anak dengan Angleman's Syndrome sering dikenal dengan sebutan malaikat, karena wajahnya selalu ceria meski dengan berbagai kekurangan yang dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena gangguan kromosom yang diwariskan dari ibu dan mempengaruhi satu dari 25.000 anak-anak di dunia.

Anak yang terlahir dengan sindrom ini tampak khas saat lahir tanpa cacat besar, namun keterlambatan perkembangan menjadi jelas setelah enam bulan. Kemampuan duduk baru terjadi pada usia 12 bulan, berjalan baru pada usia 3 sampai 4 tahun. Penderitanya juga memiliki gangguan berbicara.

Anak-anak dengan Angleman's Syndrome sering tertawa dan senyum, terutama dalam menanggapi rangsangan. Mengepakkan tangan dan hiperaktif adalah gejala umum. Dengan segala kekurangannya, anak-anak dengan Angleman's Syndrome masih bisa memiliki kesehatan umum yang baik dan hidup dengan normal.

Sumber : detik health

Kisah Perjuangan Dhea, Bocah Pengamen Kereta

Seorang anak kecil mencari nafkah di sela-sela kereta yang melaju kencang, menawarkan nyanyian dari bibir mungil yang kering karena panas memanggang. Seorang anak yang seharusnya bermain dengan penuh kegirangan, dipaksa jaman untuk berdendang hanya mengharapkan selembar uang demi memenuhi kebutuhan pangan dan sandang.  Dhea yang baru berumur 11 tahun, seorang pengamen stereo di KRL Ekonomi Jakarta-Bogor yang sudah sejak dalam kandungan terbiasa dibawa ibunya mengamen di kereta, sehingga akhirnya mengamen stereo di kereta menjadi jalan hidupnya.

Di Dalam Gerbong

Sepanjang gerbong-gerbong di dalam KRL Ekonomi Jakarta-Bogor inilah Dhea menghabiskan hari-harinya mencari sedikit penghidupan untuk dirinya dan keluarganya. 11 tahun sudah Dhea hidup di dunia ini, 11 tahun itu juga Dhea menghabiskan hari-harinya dari gerbong ke gerbong dalam kereta Jakarta � Bogor bersama keluarganya, mengamen untuk hidup.

Ayah dan ibu Dhea dulunya juga pengamen di dalam kereta, hingga akhirnya mereka berkeluarga dan mempunyai anak, mereka tetap mengamen karena hanya inilah yang mereka bias. Maklum ayah dan ibu Dhea tidak lulus sekolah dasar, sehingga mereka tidak punya keterampilan apa pun yang bisa dijadikan modal untuk mencari pekerjaan.

Terbiasa dibawa orang tuanya mengamen di dalam kereta, karena alasan bila membawa anak kecil pendapatan menjadi lebih besar, membuat pekerjaan ini seperti telah mendarah daging dalam diri Dhea dan saudara-saudaranya, tanpa disuruh apalagi dipaksa untuk mengamen, Dhea dengan senang hati menawarkan dirinya untuk mengamen sendiri membantu keluarganya, saudaranya yang lain pun begitu. Terhitung sejak masuk sekolah dasar, Dhea dan saudara-saudaranya sudah dilepas orang tuanya untuk mengamen sendiri di dalam kereta, dimulai dari Stasiun Kereta Cilebut, Stasiun Kereta Bogor hingga Stasiun Kereta Manggarai lalu kembali lagi ke Stasiun Kereta Cilebut, istirahat sebentar kemudianmengulang kembali rute tersebut sampai kereta terakhir dari Stasiun Kereta Bogor menuju Jakarta yang singgah di Stasiun Kereta Cilebut pada pukul 21.00 WIB barulah Dhea bisa beristirahat.


Sekarang ini orang tua Dhea tidak lagi mengamen di dalam kereta, mereka sudah punya sebuah warung kecil di peron Stasiun Kereta Cilebut, yang modalnya juga didapatkan dari hasil mengamen keluarganya selama bertahun-tahun yang ditabung sedikit demi sedikit. Terkadang orang tua Dhea masih mengamen, tapi bukan di dalam kereta lagi, melainkan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Bersama anak-anaknya mereka berangkat dari rumahnya di Cilebut mengendarai motor sampai Pasar Induk pada pagi-pagi buta pukul 02.00 WIB. Tapi untuk pekerjaan yang satu ini, biasanya hanya mereka jalankan satu kali seminggu, selebihnya mereka menjaga warung dan hanya mengawasi anak-anak turun-naik kereta untuk mengamen.

Tidak tahu kenapa, tapi sepertinya orang tua Dhea tidak khawatir anak-anaknya suatu waktu akan tertimpa kemalangan yang buruk dikarenakan pengawasan yang minim selama anak-anaknya mengamen hingga jauh ke Manggarai, padahal mereka sendiri tahu Dhea dan adiknya, Dhita, pernah dua kali dipreteli perhiasannya dan diambil uang hasil mengamennya oleh orang jahat berjilbab yang berpura-pura baik hati menawarkan makan siang. Dhea sendiri dan saudara-saudaranya juga terkesan tak mau ambil pusing dengan kejadian yang pernah menimpanya itu, padahal anak-anak jalanan seperti Dhea dan saudara-saudaranya merupakan ladang yang subur untuk kejahatan.

Dhea dan Amplop-amplop Angpaunya

 
Dhea sedang membagikan amplop yang digunakan sebagai wadah untuk tempat menaruh uang pemberian para penumpang kereta kepadanya. Amplop-amplop ini di depannya sudah ditulisi kata-kata yang dapat membangkitkan simpati penumpang kereta terhadapnya, sehingga mereka tidak segan mengeluarkan uang untuknya.

Berebut Rezeki

 
Tidak hanya Dhea yang menggantungkan mata pencahariannya dari gerbong ke gerbong di dalam kereta. Ada ratusan pedagang dan pengamen lainnya yang juga mencari nafkah di sini. Walaupun rezeki sudah ditentukan oleh Tuhan, tak dipungkiri di sini setiap harinya terjadi perebutan rezeki karena terlalu banyaknya yang menggantungkan penghidupannya di dalam gerbong kereta.

Ketika ditanya mau sampai kapan terus mengamen di dalam kereta, Dhea menjawab, "gak tau.." dengan pandangan yang kosong. Hanya kakaknya yang pertama dan yang kedua yang sudah berhenti mengamen. Yang pertama karena sudah menikah dan dilarang suaminya untuk mengamen lagi, sedangkan yang kedua berhenti mengamen karena katanya malu sudah besar masih saja mengamen dan akhirnya memilih untuk berdagang minuman saja di kereta. Dhea dan dua saudaranya yang lain masih setia mengamen stereo di dalam kereta. Mungkin dikarenakan keluarga Dhea sudah merasa bahwa dari pekerjaan inilah mereka dapat hidup, sehingga sulit bagi mereka melepaskan pekerjaan ini.

Dhea dengan Mainannya


Walaupun setiap harinya Dhea harus mengamen untuk membantu kehidupan keluarganya, namun pada hakikatnya Dhea tetaplah seorang anak berumur 11 tahun yang masih suka bermain. Maka dengan pendapatannya dari mengamen stereo di kereta, Dhea bisa meminta dibelikan apa saja kepada orang tuanya, termasuk sebuah otopet mainan yang dibeli dari hasil mengamennya, tempat bermainnya pun tak jauh-jauh dari lokasi pencarian nafkahnya, stasiun kereta.

Untuk pendapatan, setiap harinya dari Dhea saja biasanya dapat menghasilkan Rp 20,000,- s/d Rp 50,000,-. Belum lagi dari dua saudara Dhea lainnya. Uang hasil mengamen ini mereka berikan seutuhnya kepada orangtuanya untuk nantinya dipakai membayar sekolah, membeli buku pelajaran, jajan dan kebutuhan hidup mereka lainnya. Walaupun terkesan sulit, tapi ternyata hidup mereka tidak benar-benar sesulit yang kita bayangkan, terbukti dari barang-barang yang mereka miliki dari hasil mengamen ini, seperti motor, mainan baru, telepon genggam sampai rumah. Pantas mereka tidak mau melepas pekerjaan ini. Inilah pilihan hidup mereka sendiri, dengan Dhea di dalamnya.



Sumber : lavandawirianata.blogspot.com

Kisah Bocah Perempuan Menjadi Kuli Panggul

Di balik gemerlapnya Kuta sebagai kota wisata internasional, namun masih menyisakan sisi kehidupan memprihatinkan yang dialami anak-anak yang kerap dieksploitasi di jalanan sejak sore hingga dini hari. Dua gadis asal Kabupaten Karangasem siang itu tertawa renyah layaknya usia anak-anak umumnya namun dengan cekatan menjinjing mengangkat keranjang sebagai sumber periuk nasinya di atas kepala, guna menawarkan jasa angkat barang kepada warga yang berbelanja di Pasar Badung. Separuh lebih hari-harinya dihabiskan di pasar untuk mendapat pundi-pundi rupiah tanpa mempedulikan kesehatan dan masa depannya kelak.

Di Pasar Badung dan Pasar Kumbasari, yang berlokasi di jalan Gajah Mada, Denpasar, terdapat profesi khas yang biasa digeluti para wanita Bali, yang lazim disebut Tukang Suun atau tukang jinjing atau angkat barang. Berbekal keranjang besar, yang ditaruh di atas kepalanya, mereka mampu mengangkat beban cukup berat hingga 30 kilogram dengan imbalan ongkos Rp5 sampai 10 ribu.

Hanya saja, profesi yang biasa digeluti wanita dewasa itu, ternyata tak sedikit dilakoni bocah-bocah ingusan di bawah usia 12 tahun. Mereka sehari-harinya menghabiskan waktu di pasar berharap ada orang yang menyewa tenaganya. Seperti dua gadis Ketut Dewi (6), dan Ketut Syntia (7) yang kerap mangkal di Pasar Badung.

"Bu, Pak, Om, suun suun," demikian ucapan akrab para tukang suun tersebut.

Jika melihat ada warga yang berbelanja, maka dia pun setia mengikutinya sembari menawarkan jasa angkat barang. Biasanya ibu-ibu yang belanja cukup banyak memanfaatkan jasa mereka. Satu persatu barang belanja dimasukkan dalam keranjang yang dijinjing di atas kepala tukang suun, lalu diantarkan sampai tempat tujuan seperti di lokasi parkir kendaraan warga yang meminta jasanya.

Di sela-sela menunggu warga yang akan meminta jasanya, Dewi dengan wajah riang polos menceritakan kesehariannya mulai beraktivitas di pasar yang tidak pernah berhenti itu. "Saya bangun pukul 6 pagi terus ke pasar, pulang pukul 8 malam," aku Dewi yang bekerja keras seperti itu sejak usia lima tahun.

Dewi bersama ibunya yang juga berprofesi sama tinggal di rumah kos di sekitar Terminal Ubung berangkat kerja berjalan kaki ke pasar yang berjarak sekira 2 Km. "Kadang ada yang kasih dua ribu, Rp5 ribu. Kalau ada yang kasihan diberi Rp10 ribu," katanya terus terang. Dalam sehari Dewi bisa mendapatkan uang hingga Rp30 ribu, namun semua hasil jerih payahnya itu diberikan kepada sang ibu.

Meski bekerja cukup berat, namun Dewi tetap menikmatinya meskipun terkadang ingin bersekolah seperti anak anak lain seusianya. "Ibu tidak kasih saya sekolah, katanya tidak ada biaya," ucapnya. Praktis sehari-hari waktu Dewi dihabiskan di Pasar meskipun harus bergelut panas, dingin, terlebih dirinya tidak pernah memakai sandal sebagai alas kaki alias bertelanjang kaki.

Dewi mengaku tidak pernah libur bekerja, kecuali jika dirinya sakit, maka diapun hanya tinggal di rumah kos orang tunya. "Kalau sakit ya ibu belikan obat di warung," terangnya. Dewi masih memiliki dua adik sementara ayahnya memilih tinggal di rumahnya di desa Tianyar Kecamatan Kubu, Karanasem, Bali.

Hal agak berbeda disampaikan Syntia, sebab dia mengaku tidak ingin sekolah seperti teman temamnya. "Saya ingin seperti ini aja jadi tukang suun," akunya polos. Dua bocah tersebut adalah potret kemiskinan di Bali di mana kedua orang tuanya cenderung mengeksploitasi tenaganya untuk pekerjaan kasar dan berat. Di pihak lain, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bali bahkan telah mempresentasikan hasil risetnya terhadap gepeng dan pekerja anak yang menjadi tukang suun (buruh angkut) di Pasar Badung selama akhir 2009.

Sedikitnya terdapat 300 tukang suun dan gepeng anak yang beroperasi di Pasar Badung. Hanya 31 orang anak berusia 7-18 tahun yang berhasil diwawancara mendalam. Ratusan anak-anak ini bekerja dalam tiga shift selama 24 jam. "Sebanyak 95 persen tidak pernah sekolah, sisanya pernah sekolah kelas 1-2 SD saja," ujar dr Sri Wahyuni, Ketua KPAID Bali dalam sebuah kesempatan kepada wartawan.

Mereka tinggal bersama saudara atau temannya di kos-kosan di sekitar Denpasar seperti di Jalan Gunung Agung dan Ubung, namun kondisinya mengenaskan. "Mereka sewa satu kamar kecil berisi 3-5 orang, bercampur antara anak dan dewasa," kata Sri Wahyuni. Pemerintah tidak bisa menjangkau mereka karena seluruh pekerja anak dan orang tuanya ini tak bisa mengakses program kesehatan gratis, yakni Jaringan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) lantaran tak punya KTP dan kartu keluarga.

Semoga artikel ini dapat membuka mata hati kit, betapa beuntungnya kita yang masih memiliki masa kecil yang bisa di bilang bahagia. Bandingkan dengan anak-anak diatas yang harus bekerja keras menghabiskan masa kecinya dengan mencari nafkah mengharap belas kasihan dari orang lain. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari sepenggal cerita di atas. Masih banyak anak-anak yang harus mencari nafkah dengan pekerjaan yang dilakukan oleh orang dewasa.

Sumber : news.okezone.com

Luar Biasa! Ayah Ini Bopong Putrinya untuk Selesaikan Lomba Triatlon

Satu lagi kisah perjuangan seorang ayah yang patut diteladani, setelah sebelumnya saya pernah mengulas seorang ayah bernama Dick Hoyt yang memberikan kasih sayang begitu besar terhadap anak laki-lakinya yang menderita cacat di otaknya sejak lahir. 
 
 Kali ini terulang kisah yang serupa, berikut ini kisahnya : Rick van Beek pantas mendapatkan penghargaan "father of the century". Pria berusia 39 tahun asal Michigan ini selalu setia membopong putrinya yang kini berusia 13 tahun, Madison, ketika mengikuti perlombaan triatlon. Lebih membanggakan dan mengagumkan lagi, Van Beek bisa menyelesaikan lomba itu.

Kisah heroik nan mencengangkan ini sudah dimulai sejak 2008, di mana Van Beek selalu membawa putrinya yang mengalami cerebral palsy-afflicted (istilah untuk gangguan terhadap fungsi sistem otak dan syaraf, yang membuat anak mengalami kelainan). Terakhir, dia melakukannya pada perlombaan hari Minggu (12/8/2012).
Tak lama setelah hari itu, saya berhenti merokok 2 bungkus sehari demi Maddy. Ini telah menjadi jalan yang panjang, dengan banyak gundukan, tetapi kami menjadi lebih baik.
-- Rick van Beek
Tentu bukan hal mudah bagi Van Beek untuk menyelesaikan lomba itu karena dia harus menyelesaikan lomba yang terdiri dari renang, lari, dan bersepeda. Namun demi kebahagiaan sang putri yang sangat menyukai keindahan alam dan semua kegiatan outdoor, Van Beek menepis rasa capek dan lelah. Dia dengan setia membobong Maddy - panggilan Madison- (atau mendorongnya dengan kereta) saat lari, kemudian menariknya dengan troli saat bersepeda, dan menaikkannya ke kayak (sampan kecil) ketika harus berenang.

Sampai saat ini, Van Beek mengakui bahwa dia sudah ikut ambil bagian dalam lebih dari 70 event. Selain triatlon, dia juga ikut dalam lari half-marathon, serta sejumlah lomba lainnya yang diadakan di ruang terbuka, sebagai bagian dari 'Team Maddy'.

Pada lomba akhir pekan kemarin, Van Beek dan Maddy berhasil menyelesaikan lomba setelah menempuh jarak 0,3 mil dengan berenang, 12,4 mil dengan bersepeda, dan 3,1 mil dengan berlari. Kepada Midland Daily News, Van Beek mengatakan bahwa dia ingin ikut kompetisi bersama anaknya, yang tidak bisa jalan dan bicara, karena dia (anak) sangat senang berada di luar.

"Dia seperti bayi tiga bulan, dan salah satu hal yang sedikit kami ketahui adalah bahwa dia sangat menikmati berada di alam terbuka, berada di air, merasakan embusan angin di rambut dan wajahnya," ujar Van Beek.

Maddy didiagnosa mengalami cerebral palsy dua bulan setelah lahir. Kabar tersebut terasa seperti petir yang menyambar keluarga Van Beek, yang membuat mereka terpukul. Meskipun demikian, Van Beek dan sang istri, Mary, dengan tabah menerimanya dan terus merawat Maddy yang terus tergolek lemah.

"Itu menjadi salah satu hari terburuk dalam hidup kami," ujar Van Beek kepada Fox 17. "Semua orang berdoa agar anak-anak mereka sehat dan selama delapan tahun saya masih berharap dia bisa menjadi anak yang sehat. Tetapi jika dia tidak menjadi seperti ini, maka kami tidak akan menjadi orang seperti sekarang."

Pandangannya terhadap Maddy berubah ketika dia melihat putrinya ambil bagian dalam sebuah lomba maraton lebih dari empat tahun yang lalu. Saat itu, wajah Maddy tampak ceria dan sukacita terpancar dari dalam dirinya. Inilah yang membuat gairah hidup Van Beek kian membara, termasuk membahagiakan putrinya tersebut.

"Saya melihat putriku Maddy didorong di Grand Rapids Marathon," cerita Van Beek dalam blog miliknya. "Melihatnya begitu bahagia dan menikmati setiap goyangan di jalan saat naik gundukan, emosi saya melonjak.

"Tak lama setelah hari itu, saya berhenti merokok 2 bungkus sehari demi Maddy. Ini telah menjadi jalan yang panjang, dengan banyak gundukan, tetapi kami menjadi lebih baik."

Nah, sebagai upaya untuk membuat putrinya senang, Van Beek mulai latihan lomba outdoor pada tahun 2008. Van Beek, yang berhenti dari seorang perokok berat, juga menyadari manfaat bagi dirinya. Sejak itu, dia pun mulai mengumpulkan dana untuk amal.

"(Emosi) membuat saya atau mengilhami saya untuk melakukan hal-hal yang saya lakukan," tulis Van Beek di blognya tahun lalu. "Sebut saja inspirasi, sebutlah itu motivasi, sebut saja apa yang pernah anda inginkan, tetapi saya menyebutnya CINTA.

"Itu tidak akan pernah pudar... Dia adalah hatiku dan saya kakinya, meskipun suatu hari nanti dia mungkin tidak secara fisik bisa berada di sana dengan saya, tetapi dia akan selalu berada di hatiku, dengan diam-diam bersorak untukku."

Apa yang dilakukan Van Beek ini menggugah perasaan banyak orang, termasuk para penonton yang menyaksikan lomba tersebut. Mereka sangat tersentuh dan kagum dengan rasa cinta yang begitu besar dari Van Beek terhadap putrinya.

"Itu merupakan sesuatu yang begitu inspiratif untuk dilihat," ujar koordinator lomba, Misty Angle, kepada Allegan County News, setelah menyaksikannya di triatlon Tri Allegan 2011.

"Itu pasti salah satu hal yang menarik dari acara tersebut, bagi saya dan juga banyak orang."

Namun Van Beek menolak semua pujian yang dilontarkan terhadapnya. Dia mengatakan bahwa justru putrinya yang menginspirasi banyak orang.

"Saya pikir Madison telah mengubah kehidupan banyak orang dari apa yang saya ketahui - tanpa melakukan apapun, hanya berada di luar sana. Bukan saya, dia," ujar Van Beek kepada Fox News. "Kami membuat tim yang bagus."

Kisah nyata yang sangat inspiratif untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia.

Sumber : olahraga.kompas.com

Jangan Menilai Seseorang dari Bajunya (Kisah Nyata)

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta janji. Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

�Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard�, kata sang pria lembut. �Beliau hari ini sibuk,� sahut sang Sekretaris cepat. �Kami akan menunggu,� jawab sang wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

�Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,� katanya pada sang Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata padanya, �Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini, bolehkan?� tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. �Nyonya,� katanya dengan kasar, �Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.�

�Oh, bukan,� Sang wanita menjelaskan dengan cepat, �Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.�

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, �Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.�

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, �Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?� Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.

Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

Kita, seperti pimpinan Harvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju,acap menipu.

Sumber : pempeknyonya.com

Zhang Qianqian, Kisah Gadis Kecil yang Mengharukan

Seorang bloger di China menempatkan sebuah artikel pada internet disertai serangkaian foto kehidupan gadis 15 tahun�seorang gadis yang mendapat pujian sebagai �gadis kelahiran 1990-an paling bijaksana.�

Namanya Zhang Qianqian, dan ia bekerja pada tempat pembuatan batu bata di kota Guizou, 12 jam sehari selama liburan musim panas. Selain itu ia juga mengasuh adik perempuan serta si-kembar saudara bungsunya.


Kisah Zhang membuktikan sebuah semboyan China kuno: �Anak-anak keluarga miskin menjadi penyambung hidup sejak dini.�


Seorang bloger telah menanggapi foto-foto tersebut, �Hidup tidaklah mudah. Sama seperti gadis muda itu, ia tidak dapat menikmati liburan musim panasnya, karena harus bekerja keras untuk mengurangi beban orang tuanya.�

Banyak dari yang lain juga menyatakan simpati mereka. Seseorang telah menulis, �Betapa pahitnya! Saya tidak dapat membantu, air mata terasa menetes setiap memandang foto tersebut. Itu mengingatkan saya pada masa kanak-kanak saya di pedesaan�.

Menurut penulis artikel foto tersebut, foto-foto itu diambil pada sebuah tempat pembuatan batu bata di wilayah pedesaan, selatan provinsi Jiangsu. Buruh-buruh disana bekerja dari pukul 6 pagi sampai 6 sore dengan istirahat singkat disiang hari.

Gadis dalam foto tersebut harus menarik pedati untuk mengirim batu bata, sambil mengasuh beberapa saudara kecilnya yang sedang bermain. Sebagai pengirim batu bata, para buruh mendapat upah sekitar 30 yuan (kira-kira US$4,40) per-hari.

Penulis itu mengatakan bahwa ia tidak berniat memperoleh uang dari foto-foto ini. Ingin melakukan suatu hal yang mungkin dapat membangkitkan perasaan kasihan sang majikan untuk membebaskan gadis tersebut dari perbudakan.

Tempat pembuatan batu bata dan buruh anak-anak menjadi topik sensitif setelah media mengungkap, banyaknya anak-anak yang dijadikan budak oleh perusahaan batu bata illegal di China dalam beberapa tahun terakhir ini. (EpochTimes/sua)


Zhang Qianqian (15) bekerja 12 jam sehari pada pembuatan batu bata di pedesaan China selama liburan musim panas


Zhang Qianqian memiliki tiga saudara kandung; yang termuda, kembar


Zhang Qianqian sedang merawat salah satu adiknya


Kembali dari mengirim batu bata


Zhang Qianqian, berkerja tanpa kenal lelah.



Zhang Qianqian harus terus bekerja dan melupakan untuk bermain bersama saudara-saudaranya


Hidup ini tidak mudah, di usia yang masih sangat muda Zhang Qianqian tidak bisa menikmati liburan musim panas, dia harus bekerja untuk mengurangi beban orang tua

Sumber : erabaru.net