Latest Updates
Showing posts with label Kisah Nyata. Show all posts
Showing posts with label Kisah Nyata. Show all posts

Mengapa Harus Punya Asuransi ?

Asuransi merupakan upaya memindahkan risiko yang akan dihadapi seseorang di masa mendatang untuk dipikul atau ditanggung oleh pihak lain sebagai bagian usaha dari pihak lain tersebut.

Pihak lain itu bisa perorangan ataupun lembaga. Biasanya pihak yang bisa menanggung risiko pihak lain dapat dilakukan dengan
perjanjian dua pihak atau perjanjian publik yang dikelola oleh lembaga atau perusahaan asuransi.

Keluarga atau seseorang harus mempunyai persepsi atau pendapat atau kepastian akan adanya risiko di masa mendatang. Risiko tersebut dirasakan berdampak terhadap kehidupan keluarga atau seseorang di masa mendatang jika terjadi. Risiko tersebut dikelompokkan menjadi risiko kematian, risiko atas kerusakan atau hilang barang, dan berbagai risiko yang dapat diperhatikan perusahaan asuransi.

Persoalan berikutnya adalah jika risiko itu tidak mau ditanggung pihak lain dan mempunyai kemampuan untuk menanggung sendiri, tidak diperlukan asuransi.

Salah satu contoh yang bisa dilakukan adalah dengan membeli asuransi kesehatan untuk keluarga. Apabila kepala keluarga bekerja di perusahaan yang tidak menanggung biaya pengobatan, sebaiknya keluarga harus membeli asuransi untuk aktivitas tersebut. Artinya keluarga membutuhkan asuransi untuk biaya pengobatan.

Kembali lagi, jika keluarga bisa berhitung dan menjamin tidak akan mendapatkan gangguan kesehatan, keluarga tidak perlu membeli asuransi. Keluarga atau seseorang paling utama mendapatkan atau membeli asuransi kesehatan.

Selanjutnya, keluarga mencoba atau membuat daftar asuransi yang diinginkan setelah asuransi kesehatan. Asuransi lain yang dibutuhkan keluarga adalah asuransi kematian. Asuransi ini dibutuhkan karena jika kematian terjadi pada kepala keluarga yang menjadi tumpuan harapan, akan terjadi persoalan pada keluarga. Oleh karena itu, keluarga harus benar-benar memikirkan tentang persoalan yang terjadi di masa mendatang.

Salah memilih pihak yang diasuransikan bisa juga memengaruhi persoalan di masa mendatang. Misalnya, pihak yang menjadi diasuransikan adalah kepala keluarga karena kepala keluarga yang banyak mempunyai aktivitas untuk mendapatkan risiko tersebut, tetapi yang diasuransikan adalah ibu rumah tangga karena yang mengambil keputusan dalam rumah tangga selalu ibu rumah tangga tersebut. Kesalahan ini mengakibatkan kesulitan pada keluarga jika yang meninggal kepala keluarga.

Aset keluarga
Asuransi selanjutnya yang sangat diperlukan oleh keluarga adalah asuransi aset keluarga. Asuransi aset keluarga yang dimaksudkan adalah asuransi kebakaran atas rumah. Setelah keluarga membeli atau telah memiliki asuransi ini, keluarga bisa melanjutkan ke aset yang lain yang perlu mendapatkan asuransi.

Asuransi lain yang juga perlu mendapatkan pertimbangan keluarga atau seseorang adalah asuransi pendidikan. Keluarga sangat membutuhkan asuransi pendidikan mengingat biaya pendidikan di masa mendatang akan lebih besar. Keluarga harus memikirkan asuransi ini karena asuransi ini bisa membantu anggota keluarga memiliki kehidupan yang lebih layak di masa mendatang dengan memiliki pendidikan yang lebih baik. Perencanaan atas asuransi pendidikan sangat diperlukan keluarga.

Keluarga atau seseorang harus memelajari secara saksama asuransi yang akan dimiliki. Keluarga atau seseorang harus juga memelajari kemampuan dalam memiliki asuransi tersebut. Artinya keluarga atau seseorang harus menyinkronkan kemampuan dengan asuransi yang diinginkan. Jika asuransi yang diinginkan sudah jelas, disesuaikan dengan kemampuan. Walaupun asuransi yang diinginkan tersebut tersedia, kemampuan membeli asuransi perlu juga mendapatkan perhatian.

Selanjutnya, keluarga perlu melakukan shopping (melihat) asuransi yang ada karena keluarga perlu mendapatkan informasi secara detail atas asuransi tersebut. Judul asuransi yang diperlihatkan seperti yang diinginkan, tetapi ketika mendapatkan informasinya bukan asuransi yang diinginkan. Oleh karena itu, kejelasan asuransi yang akan dibeli juga menjadi perhatian keluarga agar apa yang dibeli sesuai dengan kebutuhan.

Keluarga juga harus memelajari perusahaan asuransi yang menawarkan produk, terutama setelah investor membeli asuransi tersebut. Biasanya jasa pelayanan yang diberikan setelah asuransi dibeli bukan semakin baik, melainkan semakin tidak jelas. Diskusi dengan berbagai pihak atas penawaran produk asuransi juga menjadi kebiasaan. Keluarga juga bisa meminta perusahaan asuransi soal tindakan yang diberikan perusahaan setelah pembelian asuransi. Informasi ini juga sangat dibutuhkan dalam kerangka kepentingan investor.

Keluarga tidak memerlukan nama besar dari perusahaan asuransi, baik dari segi aset yang dimiliki maupun jumlah pemegang polis perusahaan. Jasa pelayanan yang akan diberikan kepada keluarga lah yang sangat dibutuhkan agar keluarga merasa nyaman memiliki asuransi tersebut. Keluarga juga bisa melakukan diskusi yang mendalam dengan meminta contoh yang pernah dilakukan perusahaan asuransi tersebut.

Kehati-hatian investor sangat dibutuhkan dalam memilih dan membeli produk asuransi. Keluarga membutuhkan tindakan atas asuransi yang dimiliki bukan janji atau sekadar memenuhi persyaratan. Pemerintah juga perlu turun tangan untuk pengawasan asuransi dalam berbisnis agar kepuasan investor bisa terpenuhi. Kebijakan atas asuransi yang transparan juga diperlukan agar pengelolaan asuransi lebih meningkat.

Kisah Penderita Kanker yang Jatuh Bangun atau Jatuh Selamanya

Jakarta, Kanker adalah penyakit yang sulit disembuhkan terlebih jika terdeteksinya sudah dalam stadium lanjut. Penderitanya harus jatuh bangun agar sembuh atau malah jatuh selamanya dan tak bangun lagi.

Walau punya semangat hidup yang tinggi karena kondisi tubuh yang kian lemah, penderita kanker akhirnya tak berdaya.

Berikut kisah-kisah sukses pasien yang berhasil melawan kanker dan juga cerita miris karena tak berdaya ditekuk kanker, yang bisa menjadi pelajaran buat semua orang agar lebih peduli pada kesehatannya, Rabu (26/9/2012):


1. Kisah sukses Rima Melati

Menjalani karir di dunia hiburan membuat aktris Rima Melati di masa mudanya begitu dekat dengan lingkungan perokok. Bahkan ia mengakui, dirinya sendiri adalah mantan perokok berat yang pada masanya pernah sanggup menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari.

Kebiasaan buruk ini membuat Rima harus menerima diagnosis kanker usus pada tahun 1981. Pemilik nama asli Marjolien Tambajong ini mengisahkan, dokter pribadinya yakin bahwa salah satu pemicu utamanya adalah racun-racun dari asap rokok yang sehari-hari masuk ke paru-parunya.

Cobaan pertama ini bisa dilalui Rima dengan baik, hingga akhirnya ia sembuh dari kanker usus berkat pengobatan yang intensif. Namun sayang, ia belum kapok juga menghisap rokok hingga akhirnya ancaman maut kembali datang melalui serangan kanker yang kedua.

"Sekitar 8 tahun setelah itu saya kena kanker di organ tubuh lain, di payudara. Dokter saya bilang penyebabnya sama. Dia marah-marah karena saya tidak berhenti merokok," jelas Rima seperti diberitakan detikHealth beberapa waktu silam.

Karena sudah memasuki stadium lanjut, Rima tidak punya pilihan lain kecuali harus menjalani operasi pengangkatan payudara. Dengan berat hati, ia berusaha mengikhlaskan payudara kiri yang telah digerogoti kanker itu untuk diangkat oleh dokter bedah.

Namun pada detik-detik terakhir menjelang operasi, salah seorang rekan menyarankannya untuk menjalani terapi di Belanda. Rima memilih untuk membatalkan operasi lalu terbang ke Belanda dan akhirnya Rima bisa sembuh tanpa harus kehilangan payudara kirinya.

2. Kisah Sukses Berthie Sompie

Sama seperti Rima Melati, mantan kapten tim nasional softball era 1980-1990 Albert Charles Sompie atau lebih dikenal sebagai Berthie Sompie juga terkena kanker gara-gara merokok. Bahkan lebih parah, Berthie mengaku pernah dalam satu masa bisa habis rokok 60 batang/hari.

Dampaknya ia rasakan pertama kali tahun 2004, ketika dokter menemukan kanker berukuran 6,5 cm di paru-paru sebelah kanan. Meski sempat mangkir dari pengobatan medis, Bertie akhirnya sukses menjalani operasi pada akhir 2005 saat kankernya sudah tumbuh menjadi 8 cm.

Namun tidak cukup sampai di situ, pada saat yang hampir sama dokter juga menemukan kanker di usus besarnya. Sama seperti kanker di paru-parunya, kanker di usus ini juga merupakan kanker primer yang artinya bukan sekedar persebaran dari kanker yang terdahulu.

Untungnya keberhasilan operasi kanker paru-paru dan juga serangkaian kemoterapi yang pernah dijalaninya dengan baik memberikan rasa percaya diri yang cukup kuat. Ditambah dengan semangatnya sebagai mantan atlet, Berthie juga sukses menjalani operasi kanker keduanya.

Dengan selalu menjaga rutinitas olahraga serta pola makan yang seimbang, Berthie hingga kini bisa hidup sehat dan bahkan sangat bugar di usianya yang sudah 53 tahun. Selain itu, ia juga gencar mengkampanyekan bahaya rokok bersama rekan-rekannya sesama survivor atau mantan pasien kanker.

3. Ibu Yulianti Menyerah Kepada Kanker Rahim Setelah Berjuang 3 Tahun

Ibu Yulianti adalah salah satu pasien yang akhirnya harus menyerah terhadap penyakit kanker rahim yang dideritanya. Setelah berjuang selama 3 tahun, ia tak kuasa menahan keganasan kanker. Waktu bertahannya ini terbilang lumayan lama sebab dokter awalnya mendiagnosis ibu Yulianti hanya dapat bertahan selama setahun.

Sejak bulan Oktober 2009, ibu Yulianti mengeluh ngilu di perut bagian bawah seperti kram saat menstruasi. Meski semakin nyeri, ibu Yulianti tidak mau pergi ke dokter dan memilih diurut. Hingga akhirnya ia tidak bisa bangun dari tempat tidur dan badannya panas, barulah ia bersedia dibawa ke dokter.

Ketika berkonsultasi ke dokter kandungan, diketahui ada myom sebesar 8 cm di dekat rahim dan harus diangkat lewat operasi. Saat operasi, dokter menemukan ada bibit-bibit kanker di sekitar rahim. Menurut dokter, penanganannya sudah terlambat karena sel kankernya telah menyebar.

"Ternyata darah yang keluar setelah diurut itu bukan menstruasi, tapi sel kanker yang pecah sehingga meluas kena kanker rahim, jadi rahimnya harus diangkat. Kata dokter itu sudah stadium 3C," ujar Dyah Gayatri sang anak, saat dihubungi detikHealth.

Setelah operasi, Ibu Yuli memutuskan menjalani kemoterapi sehingga harus dipindah ke RS Kanker Dharmais. Selesai paket 1 kemoterapi, ibu Yuli sempat bisa menyetir lagi dan badannya tidak kurus. Tapi 2 bulan berikutnya kadar Ca-nya (kanker) kembali tinggi dan mengalami kekambuhan tapi bukan di daerah rahim, melainkan menyebar ke usus.

Pada awal 2011 dokter menemukan tumor ganas sebesar telur di bawah lambung. Hasil pemeriksaan endoskopi menemukan di sekitar tumor ada bibit-bibit kanker sehingga tidak bisa dioperasi. Kalau bibit yang seperti anggur ini pecah, maka penanganannya akan lebih susah karena kanker akan menyebar.

Ibu Yuli akhirnya harus menjalani kemoterapi paket 2 dengan obat yang dosisnya lebih tinggi. Efeknya langsung kelihatan karena ia bisa muntah 10 - 15 kali dalam sehari. Ibu Yuli juga tidak mau makan dan rambutnya rontok. Setelah menjalani 3 kali kemoterapi, ia memutuskan berhenti karena tidak kuat.

Tumor yang sempat mengecil pun kembali membesar hingga akhirnya mau tidak mau ia harus dikemoterapi lagi. Karena kondisi badannya sudah lemah dan obatnya keras, tubuh Ibu Yuli pun semakin kurus.

"Habis lebaran 2011 mulai memburuk lagi, kurus banget, nggak bisa jalan, makan nggak bisa dan dirawat di Dharmais selama 2 bulan karena muntah terus. Jadi tumor ini menekan lambung, setiap ada makanan yang masuk muntah. Sempat dikemoterapi lagi 2 kali, tapi setelah itu ibu nggak sanggup dan mau pulang ke rumah," kenang Dyah.

Untuk mengobati penyakitnya, ibu Yulianti sempat berupaya menjalani pengobatan alternatif dengan minum jamu. Khasiatnya lumayan sebab muntahnya berhenti, bisa makan dan terlihat lebih segar. Entah hal ini diebabkan jamunya mujarab atau karena sugesti saja.

Di awal Januari 2012, tiba-tiba ibu Yuli tidak bisa melihat dan badannya gemetar. Setelah ke rumah sakit, diketahui ia mengalami dehidrasi dan tekanan darah rendah sehingga harus dirawat di rumah sakit selama seminggu.

Sayangnya, seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Ibu Yulianti meninggal dunia, tepatnya pada 3 Februari 2012. Ternyata sejak pertama kali divonis kanker, dokter sudah mengatakan bahwa kondisi Ibu Yuli terbilang gawat dan diperkirakan hidupnya tinggal 1 tahun.

4. Zulfikar yang Harus Menyerah dengan Kanker Langka

Zulfikar baru berusia 11 tahun saat kanker menyerang tubuhnya. Februari 2009, sejak saat itu ia mulai sering mengeluh nyeri dan pegal di tubuhnya meski belum mengganggu aktivitas sehingga tidak diperiksakan. Namun pada awal Agustus 2009, rasa nyeri tersebut datang lagi dan disertai dengan pendarahan pada urinenya.

Saat itu kondisinya langsung drop. Zulfikar yang tinggal di Balikpapan langsung dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan biopsi awal. Tapi dokter belum tahu apa penyakitnya.

Karena semakin drop, bocah kelahiran 1 Agustus 1997 ini pun terpaksa dirujuk ke RSAB Harapan Kita Jakarta, yang kemudian dirujuk lagi ke RS Kanker Dharmais.

Dari hasil biopsi kedua inilah dokter mengetahui bahwa Zilfikar terkena penyakit kanker tulang belakang jenis Myxopapillary ependymoma yang merupakan salah satu kasus kanker yang jarang ditemui di Indonesia stadium awal.

Tapi perjalanan penyakit ini cenderung cepat, karena pada Desember 2009 dokter justru memvonis penyakitnya makin parah dan masuk stadium lanjut yang membuatnya hanya bisa berada di tempat tidur dan mendapatkan pengobatan paliatif saja, karena tipisnya harapan yang dimiliki serta adanya masalah biaya.

Meskipun sudah divonis hanya punya sedikit harapan hidup, tapi Zulfikar sering mengatakan pada ibunya bahwa dirinya ingin sembuh. Semangat yang dimiliki Zulfikar untuk sembuh terkadang sering membuat ibunya merasa sangat sedih.

Kala itu, Fikar panggilan akrabnya, masih berjuang untuk bisa melawan sel-sel kanker yang menyerang tubuhnya. Meskipun harapan hidupnya tipis, anak yatim itu tetap memiliki semangat besar untuk sembuh dan membahagiakan ibunda tercinta, satu-satu keluarga inti yang dimiliki setelah ayahnya meninggal pada tahun 2007.

Dukungan terhadap Fikar untuk sembuh datang dari banyak pihak. Beberapa pilot dari Maskapai Garuda Indonesia datang khusus menjenguknya karena Fikar selalu bercita-cita ingin jadi pilot, Menteri Perbedayaan Perempuan Linda Gumelar serta pemain sepak bola Bambang Pamungkas karena Fikar hobi bermain play station bola.

"Fikar sejak kelas 1 SD sudah punya cita-cita ingin menjadi pilot, jadi dokter sengaja mendatangkan pilot kesini untuk membangkitkan semangat hidup Fikar," ujar Nurhasanah.

Namun ternyata takdir berkehendak lain, tubuh Fikar tidak lagi mampu melawan sel-sel kanker ganas yang menyerang. Ia pun meninggal dunia pada 30 Desember 2009 akibat kanker tulang belakang.

Mengenang Nira Stania, Si Cantik Yang Harus Takluk Oleh Kanker Payudara

Tak pernah ada yang tahu kapan kita dipanggil oleh-Nya serta bagaimana kita akan meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Sebuah perjuangan yang luar biasa telah dilakukan oleh mantan presenter infotainment, Nira Stania. Wanita ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya setelah bertahan dengan penyakit kanker payudara yang menggerogoti tubuhnya.

Nira Stania meninggalkan dua orang anak dan keluarga yang sangat menyayanginya. Kepergiannya sangat tak diduga karena begitu cepat dan mendadak. Banyak kisah-kisah manis dan pesan terakhir yang terucap sebelum Nira meninggal untuk selamanya.

Berjuang Melawan Kanker Payudara

Tumor dan kanker payudara adalah penyakit yang banyak ditakuti oleh wanita. Namun tak ada wanita yang bisa memilih untuk tidak menerima penyakit ini kecuali dengan pencegahan.

Nira Stania sudah mengidap penyakit mengerikan ini selama dua tahun. Namun baru beberapa hari sebelum ia meninggal, ibu dua anak ini mengalami penurunan kondisi kesehatan. Ia baru pulang dari berwisata ke Jogja bersama anak-anaknya. Waktu dan tenaga tak bersisa banyak bagi Nira, karena sepekan setelah mengalami penurunan kondisi ini, Nira berpulang ke sisi Allah SWT.

Harapan Sederhana Seorang Ibu

Sebelum kondisi Nira makin memburuk, ia sudah mulai tidak sehat. Namun baginya, ia ingin menyenangkan kedua anaknya dengan mengajak mereka pergi ke Jogja serta mengunjungi Borobudur. Meski ia hanya bisa menunggu di dalam mobil, namun wanita ini telah meluluskan keinginannya untuk membahagiakan kedua buah hatinya.

Itulah kenangan manis terakhir yang diberikan Nira pada kedua anaknya. Sebelum ia meninggalpun, Nira masih sempat menitipkan pesan sederhana namun berharga pada anak-anaknya. Ia ingin agar anak-anaknya selalu baik dan patuh pada orang tua.

Nira juga ingin kedua buah hatinya, Fresa dan Edgar menjadi anak yang pintar serta saleh. Rajin sholat serta mengaji adalah harapan terakhir yang disampaikan Nira pada kedua anaknya.

Kanker Pembunuh Nomer 1 di Dunia

Kanker adalah salah satu pembunuh paling mematikan di dunia. Kita tak bisa menolak datangnya penyakit ini, namun kita masih bisa mencegahnya dan melakukan beberapa terapi bila kondisi masih memungkinkan untuk ditolong.

Ladies, banyak cara untuk mencegah terjadinya kanker, di antaranya adalah dengan cara sederhana seperti tidur dalam kondisi lampu yang dimatikan, tidur tanpa menggunakan bra, serta konsumsi buah-buahan serta sayuran yang dipercaya mampu mengatasi kanker seperti sirsak, manggis dan pare.

Cegah kanker dari sekarang, mulai dari Anda hingga orang-orang tersayang. Menjaga kesehatan Anda dan keluarga sangat berarti untuk menjaga tiap detik kebersamaan yang Anda miliki bersama mereka.

Terkena Flu Burung, Balita Meninggal Dunia

Vemale.com - Kondisi lingkungan yang semakin buruk membuat banyak penyakit-penyakit baru bermunculan dan membahayakan kesehatan.

Penyakit yang dulu hanya menjangkit binatang kini menjalar virusnya ke manusia. Indonesia sudah pernah dihebohkan dengan flu babi, SARS dan flu burung. Sudah lama virus-virus ini dicoba untuk dibasmi oleh pemerintah namun ternyata virus berbahaya ini masih ada di lingkungan. Virus berbahaya ini masih berpotensi untuk menyerang manusia bahkan mengakibatkan kematian karena belum ada obatnya.


Seorang balita bernama Respati Bagas Prasetyo yang 2,6 tahun meninggal dunia diduga akibat terjangkit virus H5N1 atau flu burung. Balita lucu ini bertempat tinggal di Perumahan BTN Masnaga, Jakamulya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Bagas meninggal pada hari rabu (19/6) setelah sebelumnya mendapat perawatan di rumah sakit di Bekasi dan dirujuk ke RS Persahabatan, Jakarta. Orang tua bagas syok dan sedih tak terkira mendapati putra kecilnya terkena virus flu burung dan akhirnya meninggal dunia.

Bagas diketahui terkena virus flu burung ketika mengalami demam dan sesak nafas. Orang tua Bagas pun membawa Bagas ke RS Hermina, Galaxi, Bekasi Selatan pada hari sabtu (15/7). Bagas dirawat dan didiagnosa terkena suatu virus. Pada hari selasa malam, tim dokter RS Hermina memberi tahu bahwa Bagas positif terkena flu burung. Ayah dan Ibu Bagas, Respati Seno Putro dan Emmy Diah Susanti kaget dan tidak menyangka putranya terkena flu burung karena mereka tinggal di lingkungan yang bersih dan tidak dekat dengan peternakan unggas apapun.

Selasa (18/9) siang tim Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Litbang Kementrian Kesehatan mengambil sampel darah dan cairan putih yang hampir menutup seluruh paru-paru Bagas. Hasilnya positif bagas terkena flu burung. Tak ingin kondisi anaknya semakin parah, Respati dan Emmy merujuk Bagas untuk dirawat di RS Persahabatan Jakarta. Namun sepertinya takdir Tuhan berkata lain, Bagas meninggal dunia tidak lama setelah dirujuk karena kondisinya sudah sangat kritis.

Respati dan Emmy tidak dapat menahan kesedihannya. Bagas adalah anak yang penurut dan tidak pernah rewel. Bahkan saat sakitpun Bagas tidak banyak menangis dan tidak terlihat sedih sedikitpun. Kini Bagas telah tiada dan menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Kesehatan untuk kembali menggalakkan pembasmian virus-virus berbahaya sebelum kembali memakan korban.

Sumber : vemale online 

Segera rencanakan kehidupan terbaik untuk keluarga anda.
Keputusan anda hari ini menentukan masa depan mereka..!

Bayi Perempuan Ini Tak Pernah Tumbuh Dewasa Selama 15 Tahun

Vemale.com - Brooke Greenberg, mungkin ia nampak seperti anak kecil. Namun sesungguhnya bayi wanita ini sudah berusia 20 tahun. Meski usianya bertambah, Brooke tetap memiliki tubuh dan jiwa seperti bayi dengan usia mental 9 bulan hingga satu tahun.

Brooke tak bisa bicara, gigi geliginya pun masih seperti balita yang jarang-jarang. Ia duduk di kursi dorong dan selama ini, dokter tak bisa menjelaskan kenapa Brooke tak bisa berkembang.

Brooke tak bisa tumbuh dewasa (c) dailymail.co.uk
Menurut sang ayah, Howard Greenberg, sejak usia 1 hingga 4 tahun, Brooke mengalami perkembangan. Namun pertumbuhan itu terhenti begitu memasuki usia 4 tahun ke atas. Ia sudah diperiksakan ke dokter, bahkan melalui berbagai tes medis yang sangat mahal, namun dokter tak bisa menemukan penyebabnya dan berkata bahwa Brooke terkena Sindrom X.

Dr. Eric Schadt yang mengikuti kasus kesehatan Brooke, mengatakan bahwa tak ada abnormalitas apapun baik di sistem endokrin, kromosom dan sebagainya. Selama 15 tahun, hal itu menjadi misteri dan selama itu pula, Brooke menjadi bayi yang harus dirawat 24 jam oleh orang tua bahkan saudarinya.

ketika adiknya semakin besar, Brooke masih seperti balita. (c) dailymail.co.uk
"Sudah 16 tahun berlalu kami memberinya obat. Yang kami tahu adalah kami tak tahu apa yang akan terjadi di hari esok Brooke," kata Melanie, ibunya.

Dengan kondisinya yang misterius itu, Brooke sudah pernah mengalami banyak operasi. Meski sebenarnya ia sudah dewasa, namun hal itu tetap tidak mudah dilakukan dengan tubuhnya yang masih mungil. Ia bahkan pernah koma selama 14 hari karena tumor otak yang menghilang begitu dia bangun di hari ke-14.

Dr Eric Schadt berusaha memecahkan misteri penyakit Brooke. Sementara sang ibu yang menyayangi anaknya apa adanya, mengaku seringkali ditanyai berapa umur Brooke oleh ibu lain dan tidak menjawab dengan lengkap. "Kebanyakan ibu akan mengira usianya dalam bulan, maka bila ditanya, aku akan menjawab 20. Mereka mengira 20 bulan, padahal yang kumaksud adalah 20 tahun," cerita Melanie.

Seharusnya Brooke kini menjadi wanita dewasa yang sedang menginjak bangku kuliah atau bekerja dan merasakan cinta. Namun, kini adiknya bahkan lebih besar daripada dirinya. Semoga apapun keadaannya nanti, ia tetap sehat dan tersenyum ceria.

Kanker Payudara Tidak Membuatku Putus Asa

Vemale.com - Tidak ada satu orang pun yang ingin mengidap penyakit. Semua orang ingin selalu sehat dan tidak harus terus menerus berurusan dengan dokter dan rumah sakit karena memiliki penyakit dalam tubuhnya.

Namun Tuhan selalu memiliki rencana, ada yang diberi ujian berupa penyakit yang parah atau susah untuk disembuhkan. Ada yang menyerah, ada yang menyalahkan Tuhan, dan ada yang menerimanya dengan lapang dada.



Seorang wanita bernama Neeti Leekha Chhabra berusia 31 tahun ketika didiagnosis kanker payudara. Neeti bekerja sebagai asisten profesor dan sudah menikah selama enam tahun serta memiliki seorang putra berusia empat tahun. Tidak hanya Neeti, Shruti Sharma Anand juga mendapati dirinya positif mengidap kanker payudara seperti Neeti dan di usia yang sama pula. Shruti yang sedang dalam program untuk memiliki anak tidak menduga bahwa dirinya terkena kanker. Neeti dan Shruti mengidap kanker payudara di usia yang masih muda.

Di usia ketika mereka masih sangat produktif, mengejar karir dan keinginan memiliki anak, ternyata kanker payudara mengubah kehidupan Neeti dan Shruti sepenuhnya. Menerima kenyataan bahwa penyakit yang ada dalam diri mereka adalah penyakit yang berbahaya serta sulit untuk disembuhkan sempat membuat mereka down. Diagnosis kanker itu benar-benar membuatku shock. Seolah semua mimpi hancur berkeping-keping. Aku langsung fokus tentang bagaimana caranya sembuh," cerita Shruti dikutip dari Indiatimes.

Tidak hanya Shruti, Neeti pun mencari-cari penyebab dirinya terkena kanker payudara. Neeti tidak memiliki riwayat keluarga yang mengidap penyakit ini. Neeti sempat merasa bahwa hidupnya sudah berakhir dan tidak ada kebahagiaan yang bisa Neeti dapatkan. Pengobatan kanker payudara terbilang mahal dan kondisi keuangan keluarga Neeti dan Shruti sudah menipis untuk biaya pengobatan ini.
Neeti dan Shruti sempat berada pada masa-masa di mana mereka sudah tidak tahu harus bagaimana melanjutkan hidup dengan penyakit yang terus menggerogoti dirinya. Namun Neeti dan Shruti tidak menyerah.

Mereka ingin terus hidup untuk tetap bersama keluarga. Mereka menemukan optimisme bahwa penyakit mereka bukan diberikan untuk membuat mereka menyerah kalah, tapi untuk membuat mereka berjuang sekuat tenaga. Hidup seseorang bisa berubah total karena kanker. Tidak ada pengalaman yang lebih berharga dari melawan kematian. Namun kepercayaan diri, usaha keras, dan dukungan adalah senjata ampuh untuk melawan semua itu.

"Karena kanker, aku bersyukur karena bisa belajar banyak, aku berusaha menjalani hidup yang lebih sehat dan mengajarkan anakku tentang itu," tutup Neeti. Neeti dan Shruti yakin bahwa bila mereka masih akan dapat menikmati hari tua, mendapatkan kebahagiaan yang sama dengan yang dimiliki orang yang sehat fisiknya. Keoptimisan mereka berdua menjadi cermin bagi diri, sudahkah kita bersyukur dan menjalani hidup tanpa banyak mengeluh?

Sumber : Vemale online 

Segera rencanakan kehidupan terbaik untuk keluarga anda.
Keputusan anda hari ini menentukan masa depan mereka..!

Gadis Pengidap Kanker Meninggal Dunia Setelah Berhasil Bertemu Dengan Justin Bieber


Vemale.com - Saat Justin Bieber mengunjunginya, mungkin itulah hari yang terindah bagi seorang gadis 7 tahun bernama Millie Flamm. Gadis kecil ini mengalami leukimia sejak 3,5 tahun lamanya dan meninggal pada Selasa pagi lalu setelah sempat bertemu dengan Justin Bieber.



Dalam sebuah video kenangan dengan Millie di Youtube, keluarganya menuliskan sebuah pesan yang menunjukkan rasa kehilangan mereka, "Dia adalah pahlawan kami. Tak ada kata-kata yang cukup untuk menunjukkan kerinduan kami padamu," kata mereka. "Kami bersyukur kini ia sudah tenang di surga dan kami akan bertemu lagi suatu saat nanti."

Keluarga besarnya pernah mengadakan sebuah kampanye yang meminta dukungan orang-orang agar Justin Bieber mengunjungi anak mereka di rumah sakit. Hal ini karena keinginan yang besar dari mereka untuk menyenangkan hati Millie, sementara Millie terlalu lemah untuk bisa datang ke konser Justin Bieber di Salt Lake.

Syukurlah kampanye itu berhasil menarik perhatian idola muda tersebut. Pada tanggal 5 Januari, sebelum konser, Justin Bieber mengejutkan Millie dengan kedatangannya di rumah sakit. Millie mendapatkan kado spesial berupa nyanyian langsung dari Bieber yang merupakan lagu favorit Millie, 'Baby'.

Justin Bieber juga memberinya ciuman di pipi dan pelukan, membuat gadis itu kembali bersemangat dan sangat gembira. Millie sampai berkata bahwa dirinya tak akan mencuci wajahnya lagi. "Justin Bieber adalah penyanyi idolaku dan aku sangat sangat sangat mencintainya," ucapnya.

Pertemuannya dengan Bieber memberikan semangat padanya karena seminggu sebelumnya, gadis ini divonis mengalami kanker untuk ketiga kalinya. Dua tahun lalu, kanker tersebut sudah dipulihkan, namun ternyata penyakit tersebut membandel dan kembali menyerangnya.

Kanker terakhir ini memang menjadi yang paling menyakitkan. Suatu ketika gadis kecil yang selalu ceria itu akhirnya mengeluh pada ayahnya, "Dua kali kanker itu tidak masalah, tapi kalau sudah tiga kali itu tidak adil."

Kini, setelah perjuangan yang cukup melelahkan, gadis ini beristirahat untuk selama-lamanya. Meninggalkan kedua orang tuanya dan seorang adik lelaki. Namun semangat dan keceriaan gadis kecil ini akan selalu dikenang oleh orang-orang yang mencintainya. Selamat jalan, Millie. Semoga tenang di sana.
(c) dailymail.co.uk

Siti Penjual Bakso Berusia 7 Tahun

Siti Penjual Bakso berusia 7 Tahun membuat miris pembaca kaskus dan kompasiana dengan kisah perjuangan hidupnya. Siti orang pinggiran adalah seorang anak yatim yang harus ikut bekerja membiayai hidupnya dan ibunya dengan berjualan bakso keliling. Siti Pedagang Bakso cilik tinggal di Desa Karangkamulyan, Kec. Cihara, Kabupaten Lebak, Banten Selatan. Siti orang pinggiran yang harus kita pedulikan. Tulisan ini adalah milik seorang penulis kompasiana. Mari kita simak kisah hidup Siti Bocah Penjual Bakso


Siti Penjual Bakso berusia 7 Tahun

Siti, seorang bocah yatim yang ditinggal mati ayahnya sejak usia 2 tahun. Kini Siti berumur 7 tahun. Sehari-hari sepulang sekolah Siti masih harus berkeliling kampung menjajakan bakso. Karena ia masih anak-anak, tentu belum bisa mendorong rombong bakso. Jadi bakso dan kuahnya dimasukkan dalam termos nasi yang sebenarnya terlalu besar untuk anak seusianya. Termos seukuran itu berisi kuah tentu sangat berat.

 
Tangan kanan menenteng termos, tangan kiri menenteng ember plastik hitam berisi mangkok-mangkok, sendok kuah, dan peralatan lain. Dengan terseok-seok menenteng beban seberat itu, Siti harus berjalan keluar masuk kampung, terkadang jalanannya menanjak naik. Kalau ada pembeli, Siti akan meracik baksonya di mangkok yang diletakkan di lantai. Maklum ia tak punya meja. Terkadang jika ada anak yang membeli baksonya, Siti ingin bisa ikut mencicipi. Tapi ia terpaksa hanya menelan ludah, menahan keinginan itu. Setelah 4 jam berkeliling, ia mendapat upah 2000 perak saja! Kalau baksonya tak habis, upahnya hanya Rp. 1000,- saja. Lembaran seribuan lusuh berkali-kali digulung-gulungnya.

Sampai di rumah, Siti tak mendapati siapapun. Ibunya jadi buruh mencangkul lumpur di sawah milik orang lain. Tak setiap hari ia mendapat upah uang tunai. Terkadang ia hanya dijanjikan jika kelak panenan berhasil ia akan mendapatkan bagi hasilnya. Setiap hari kaki Ibunda Siti berlumur lumpur sampai setinggi paha. Ia hanya bisa berharap kelak panenan benar-benar berhasil agar bisa mendapat bayaran.

Hari itu Siti ingin bisa makan kangkung. Ia pergi ke rumah tetangganya, mengetuk pintu dan meminta ijin agar boleh mengambil kangkung. Meski sebenarnya Siti bisa saja langsung memetiknya, tapi ia selalu ingat pesan Ibunya untuk selalu minta ijin dulu pada pemiliknya. Setelah diijinkan, Siti langsung berkubang di empang untuk memetik kangkung, sebatas kebutuhannya bersama Ibunya. Petang hari Ibunya pulang. Siti menyerahkan 2000 perak yang didapatnya. Ia bangga bisa membantu Ibunya. Lalu Ibunya memasak kangkung hanya dengan garam. Berdua mereka makan di atas piring seng tua, sepiring nasi tak penuh sepiring, dimakan berdua hanya dengan kangkung dan garam. Bahkan ikan asin pun tak terbeli, kata Ibunda Siti.
Bayangkan, anak sekecil itu, pulang sekolah menenteng beban berat jualan bakso keliling kampung, tiba di rumah tak ada makanan. Kondisi rumahnya pun hanya sepetak ruangan berdinding kayu lapuk, atapnya bocor sana-sini. Sama sekali tak layak disebut rumah. Dengan kondisi kelelahan, dia kesepian sendiri menunggu Ibunya pulang hingga petang hari.
Sering Siti mengatakan dirinya kangen ayahnya. Ketika anak-anak lain di kampung mendapat kiriman uang dari ayah mereka yang bekerja di kota, Siti suka bertanya kapan ia dapat kiriman. Tapi kini Siti sudah paham bahwa ayahnya sudah wafat. Ia sering mengajak Ibunya ke makam ayahnya, berdoa disana. Makam ayahnya tak bernisan, tak ada uang pembeli nisan. Hanya sebatang kelapa penanda itu makam ayah Siti. Dengan rajin Siti menyapu sampah yang nyaris menutupi makam ayahnya. Disanalah Siti bersama Ibunya sering menangis sembari memanjatkan doa. Dalam doanya Siti selalu memohon agar dberi kesehatan supaya bisa tetap sekolah dan mengaji. Keinginan Siti sederhana saja : bisa beli sepatu dan tas untuk dipakai sekolah sebab miliknya sudah rusak






Saat ini telah dikirimkan sumbangan dan bantuan dari para pembaca kompasiana, kaskus serta Rumah Zakat Indonesia untuk kehidupan Siti dan ibunya.
" Semoga Allah memberikan kehidupan yang terbaik untuk Siti dan ibunya, serta memberikan pahala yang sebesar-besarnya untuk orang-orang yang telah peduli dan membantunya..Amin Ya Robbal Alamin"

Sumber : Kompasiana, Kaskus

Masihkah kita mengabaikan masa depan orang-orang yang kita cintai..?
Segeralah merencanakan kehidupan yang terbaik untuk mereka..
Jangan tunda lagi, karena waktu tidak akan pernah menunggu..!!!!